Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah awal pekan ini, Senin (3/7/2023) diproyeksi akan berfluktuasi namun berpotensi ditutup menguat di tengah penguatan dolar AS jelang rilis data inflasi Personal Consumption Expenditures (PCE) AS yang diperkirakan masih bertahan tinggi.
Pada perdagangan pekan lalu, Selasa (27/6/2023), rupiah ditutup menguat 28,50 poin atau 0,19 persen ke Rp14.993. Sementara itu, indeks dolar AS melemah 0,11 persen ke 102,58.
Analis memperkirakan kenaikan PCE inti month on month (MoM) berada di kisaran 0,3 persen dan year on year (YoY) tidak berubah di 4,7 persen. Selain itu, dolar AS diproyeksikan akan kembali menguat dipengaruhi imbal hasil obligasi AS dua tahun maupun 10 tahun yang kembali naik menyentuh level tertinggi sejak 10 Maret 2023.
“Dorongan terkuat yang membuat dolar AS menyentuh level tertinggi sejak 10 Maret adalah prospek meningkatnya suku bunga the Fed setelah pernyataan hawkish dari Ketua Dewan Gubernur Bank Sentral AS Federal Reserve (Fed) Jerome Powell dan data-data ekonomi AS yang lebih kuat, serta inflasi yang bertahan tinggi akhir-akhir ini,” ujar Analis pasar mata uang Lukman Leong kepada Antara belum lama ini.
Untuk saat ini, lanjut dia, The Fed terlihat akan terus hawkish hingga akhir tahun.
Penguatan dolar AS juga dipengaruhi data klaim pengangguran AS yang lebih baik dari perkiraan serta revisi Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal I/2023 AS dari awalnya 1,3 persen menjadi 2,0 persen yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS yang lebih kuat.
Baca Juga
"The Fed melihat hal ini dipicu oleh permintaan yang kuat dan menyebabkan inflasi tetap bertahan tinggi," kata Lukman.
Sementara itu, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, inflasi merupakan salah satu dampak dari munculnya ketidakpastian, disrupsi, perang geopolitik, maupun komoditas yang mengalami lonjakan dan volatilitas. Inflasi masih pada level yang tinggi meskipun ada tren penurunan.
Adapun inflasi di Indonesia masih dalam posisi yang trennya sesuai dengan proyeksi, yaitu penurunan terutama disumbangkan oleh inflasi volatile food yang mengalami penurunan cukup tajam sebesar 3,3 persen dan inflasi inti ke 2,7 persen.
"Sehingga, dampak pelambatan ekonomi global tidak terlalu berdampak terhadap perekonomian Indonesia sehingga mata uang rupiah masih sesuai dengan fundamentalnya," kata Ibraihim.
Untuk perdagangan hari ini, Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp14.970 - Rp15.030 per dolar AS.
Rupiah menguat 0,22 persen atau 33 poin ke Rp15.032,50 per dolar AS pada 13.12 WIB.
Sementara itu, indek dolar AS terpantau menguat 0,07 persen atau 0,07 poin ke 102,98.
Rupiah menguat 0,26 persen atau 39,50 poin ke Rp15.026 per dolar AS pada 11.40 WIB.
Sementara itu, indek dolar AS terpantau melemah 0,02 persen atau 0,02 poin ke 102,89.
Rupiah dibuka menguat 40 poin atau 0,27 persen ke Rp15.025,50 per dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar AS menguat 0,03 persen ke 102,95.