Bisnis.com, JAKARTA - Aksi korporasi penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue diperkirakan akan menarik minat emiten di tengah peningkatan suku bunga tahun pada semester II/2023 ini. Akan tetapi, analis melihat korporasi akan cenderung wait and see untuk melakukan aksi korporasi di semester II/2023 ini.
Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto mengatakan pada era suku bunga tinggi, tentu masuk akal jika para emiten lebih memilih untuk mencari tambahan dana melalui skema rights issue dibanding menerbitkan obligasi atau utang baru. Pasalnya, aksi penerbitan obligasi ini akan membuat beban bunga perusahaan cenderung lebih tinggi daripada tingkat bunga beberapa tahun belakangan.
"Selain itu pandemi yang lalu telah membawa perubahan signifikan pada beberapa sektor, seperti misalnya sektor yang terpuruk akan melakukan langkah-langkah penyelamatan dengan menambah modal melalui right issue," kata Pandhu kepada Bisnis, Senin (3/7/2023).
Menurut Pandhu, dalam penerbitan rights issue ini, beberapa faktor yang perlu diperhatikan selain prospek pertumbuhan ekonomi global yang relatif lambat, semester kedua ini Indonesia akan memasuki periode menjelang pemilu. Pandhu menilai dalam periode ini akan banyak konsolidasi politik yang dapat menghambat aksi korporasi para emiten.
"Oleh karena itu, kami perkirakan para emiten akan cenderung wait and see melihat kemana arah kebijakan pemerintah berikutnya dan berakibat pada aksi korporasi yang lebih sedikit pasca-musim dividen akhir semester pertama lalu," ucapnya.
Investindo Nusantara Sekuritas mencermati, setelah bank kecil banyak melakukan rights issue pada tahun lalu untuk memenuhi persyaratan modal inti, semester kedua tahun ini Investindo Nusantara Sekuritas melihat sektor ritel berpeluang banyak melakukan right issue.
Baca Juga
"Mereka perlu menggenjot kinerja setelah beberapa tahun ini menjadi salah satu sektor yang paling terpuruk pada masa pandemi," ujar dia.
Kini ketika kinerja mulai pulih, Pandhu mencermati emiten di sektor ritel tentu perlu mendorong kinerjanya lebih kuat, sambil memperbaiki struktur permodalan agar lebih sehat.