Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Dunia Naik Berkat Permintaan Kuat di Asia

Harga minyak mentah WTI akhirnya stabil di atas level US$70 per barel.
Rangkaian kereta pengangkut minyak mentah, bahan bakar, dan gas cair dalam posisi miring di stasiun kereta Yanichkino, menuju ke kilang Gazprom Neft PJSC Moscow di Moskow, Rusia/Bloomberg-Andrei Rudakov
Rangkaian kereta pengangkut minyak mentah, bahan bakar, dan gas cair dalam posisi miring di stasiun kereta Yanichkino, menuju ke kilang Gazprom Neft PJSC Moscow di Moskow, Rusia/Bloomberg-Andrei Rudakov

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah menguat pada akhir perdagangan Rabu (21/6/2023) waktu setempat lantaran investor mencermati upaya China untuk mempercepat laju ekonominya dan sinyal permintaan yang kuat dari pembeli di Asia.

Harga minyak membalikkan kerugian awal dan berakhir lebih tinggi setelah Wakil Perdana Menteri China dilaporkan mengatakan bahwa ekonomi dalam kondisi yang baik. Harga minyak Brent berjangka kemudian naik di atas rata-rata pergerakan 50 hari untuk pertama kalinya sejak akhir April 2023, memberikan dukungan baru untuk harga.

"Harga minyak mentah WTI akhirnya stabil di atas level US$70 karena para investor energi mengantisipasi awal musim panas akan menjaga permintaan tetap stabil selama beberapa bulan ke depan," kata Ed Moya, analis pasar senior Oanda Corporation, mengutip Bloomberg, Kamis (22/6/2023).

Di pasar fisik, harga minyak Timur Tengah telah naik di tengah kesibukan pembelian dari penyulingan di China dan Jepang. Di samping aktivitas sibuk di perdagangan utama, perbedaan spot untuk beberapa nilai telah berlipat ganda selama seminggu terakhir, mencerminkan pergerakan yang luar biasa besar selama periode waktu tersebut.

Harga minyak telah turun pada paruh pertama tahun ini karena kebangkitan China dari kebijakan Covid Zero yang ketat telah gagal mendapatkan daya tarik investor.

Di sisi lain, pasokan minyak mentah global, termasuk dari Rusia tetap melimpah. Sebagai tanggapan, Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya mengumumkan pengurangan pasokan untuk mencoba dan memperketat pasar.

“Saya pikir ke depan, kita melihat pasar terus mengetat dan persediaan terus berkurang," kata COO produsen serpih EOG Resources Inc, Billy Helms.

Sementara itu, dalam sambutannya di hadapan Kongres AS, Ketua Federal Reserve Jerome Powell menekankan tekad bank sentral untuk mengekang inflasi dan menyarankan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Setelah kesaksian Powell tersebut, dolar AS jatuh terhadap sekeranjang mata uang global sehingga mendukung harga minyak. Greenback yang lebih murah cenderung membuat minyak berdenominasi dolar AS lebih menarik bagi investor yang memegang mata uang lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper