Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah naik pada akhir perdagangan Jumat (16/6/2023) waktu setempat sehingga memperkuat kenaikan selama pekan ini lantaran tren ekonomi makro menunjukkan permintaan yang lebih kuat secara global.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli menguat1,64 persen, menjadi berakhir pada level US$71,78 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus melonjak 1,24 persen, menjadi ditutup pada level US$76,61 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Adapun Brent membukukan kenaikan mingguan sebesar 2,4 persen dan WTI naik 2,3 persen sepanjang minggu ini.
Mengutip Bloomberg, Sabtu (17/6/2023), harga minyak mentah mendapat dorongan dari sinyal bahwa permintaan dari China akan terus tumbuh, indikasi bahwa musim mengemudi AS akan kuat dan ekspektasi bahwa jeda kenaikan suku bunga Federal Reserve akan memberikan bantuan ekonomi sementara waktu
Namun, reli minyak dibatasi karena stok terus membengkak meskipun terdapat pemotongan produksi OPEC+ yang dipimpin Saudi.
Baca Juga
Direktur Pacific Investment Management Co. Greg Sharenow menilai pemotongan produksi, bersama dengan hilangnya barel Rusia dan kebakaran hutan di Kanada telah berkontribusi pada pengetatan di pasar minyak mentah khususnya pada pasar sour crude oil, tetapi sentimen itu sebagian diimbangi oleh ketersediaan kadar minyak yang lebih ringan dari produsen serpih AS.
Menambah kebingungan ini adalah sinyal campuran pada pasar fisik. Pemadaman kilang di AS dan Eropa mengancam dan berpotensi meningkatkan persediaan minyak mentah di hub utama, termasuk Cushing, Oklahoma, di mana stok sudah berada di level tertinggi dalam dua tahun. Adapun West Texas Intermediate telah turun 11 persen untuk tahun ini.
"Pasar minyak sangat rapuh, dan pemadaman kilang akan mengganggu rebound yang mulai menahan harga minyak mentah," kata Ed Moya, analis pasar senior di Oanda Corporation.