Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kans IHSG & IDXBASIC Tinggalkan Zona Merah

Analis melihat IHSG dan IDXBASIC memiliki kans terbuka untuk berbalik menguat di sisa tahun ini.
Karyawan beraktivitas di dekat layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Senin (6/3/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawan beraktivitas di dekat layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Senin (6/3/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berada dalam tren penurunan sepanjang 2023 berjalan, meski ditutup di zona hijau pada perdagangan Jumat (9/6/2023). Analis meyakini bahwa IHSG saat ini sudah berada di posisi dasar, dan memiliki potensi lebih besar untuk cenderung menguat di sisa kalender tahun ini.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup menguat 0,42 persen atau 27,69 poin ke level 6.694,02 pada akhir perdagangan Jumat (9/6/2023). IHSG bergerak di posisi terendahnya pada 6.648 dan tertinggi dii 6.703. 

Jika dilihat secara historis, sepanjang 2023 IHSG masih bergerak turun, melemah 2,29 persen. Adapun, dalam setahun juga masih mencatatkan penurunan 1,90 persen. 

Analis Samuel Sekuritas Indonesia William Mamudi mengatakan, posisi IHSG sudah dekat dengan support di level 6.560. Posisi support tersebut sudah berlangsung sepanjang tahun 2023. 

"Jadi saya optimistis IHSG sudah bottom, jadi ke depan ada peluang akan ada reli IHSG breakout target bisa ke 6.770 - 6.960," katanya dalam webinar, dikutip Minggu (11/6/2023). 

Dengan IHSG yang sudah mencapai level support, Analisjuga percaya dalam pergerakannya akan ada skenario rebound, yang bisa dimanfaatkan oleh investor. 

Sejalan dengan IHSG, salah satu indeks sektoral yakni IDXBASIC juga masih dalam tren penurunan sepanjang 2023 berjalan. Pada akhir perdagangan Jumat (9/6/2023), IDXBASIC juga menjadi salah satu dari dua indeks yang melemah, turun 0,74 persen atau 7,42 poin ke 991,11.

"Saya melihat ada peluang IDXBASIC bergerak. Meskipun seperti IHSG ada tekanan, tapi indeks ini sudah turun di bawah support 1.100, dekat dengan support 980. Meskipun sedang downtrend, tapi paling tidak ada peluang naik ke 1.050, atau lebih optimistis lagi ke 1.100 bisa kembali dikunci," ujar William. 

Penguatan indeks sektor barang baku bakal didukung salah satunya dengan langkah pemerintah melakukan hilirisasi komoditas, terutama komoditas tambang.

"Mengenai kondisi hilirisasi industri, ini akan menjadi masa depan industri tambang, seperti nikel, bauksit, dan logam lainnya di Indonesia. Kontribusi smelter logam terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia sendiri juga sudah positif bahkan di tengah pandemi dan sekarang cenderung naik, ini akan menjadi pendorong ke depan," jelasnya. 

Sebelumnya, Macro Equity Strategist Samuel Sekurtias Indonesia Lionel Priyadi juga mengatakan, bahwa permintaan domestik untuk industri komoditas logam seperti nikel dan komoditas pendukung industri kendaraan listrik lainnya, akan menjadi faktor utama pendukung pertumbuhan industri, meskipun dihadapkan dengan tantangan penurunan ekspor ke China karena perlambatan ekonomi China pada kuartal II/2023. 

Berdasarkan data PMI, sektor manufaktur China sudah mengalami kontraksi dua bulan berturut-turut. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi investor mengenai kekuatan ekonomi China untuk pemulihan setelah Covid di 2023. 

Selain itu, Lionel menambahkan, bahwa ada potensi domestik di Indonesia yang akan mendapat tambahan stimulus, dari pemangkasan suku bunga Indonesia, ang akan meningkatkan permintaan kendaraan listrik dan termasuk bahan baku pembuatan kendaraan listriknya. 

"Kalau menurut proyeksi kami, Bank Indonesia kemungkinan akan melakukan pemangkasan suku bunga di semester II/2023, kemungkinan 50 bps, dari 5,75 menjadi 5,25 persen. BI juga akan melakukan pemangkasan suku bunga di tengah The Fed menaikkan terminal rate dari 5,25 ke 5,5 persen," kata Lionel.  

Katalis yang mendukung proyeksi tersebut adalah kondisi makro yang kondusif dari posisi inflasi dan nilai tukar. Hingga akhir tahun, Samuel Sekuritas memperkirakan inflasi di 2,8 persen dan inflasi inti di 2,2 persen jadi ini sangat kondusif bagi BI untuk melakukan pemangkasan suku bunga. 

"Secara keseluruhan kondisi makro ini kondusif untuk pemangkasan suku bunga yang mungkin bisa mendorong permintaan kendaraan, termasuk EV," tambahnya.

----

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper