Bisnis.com, JAKARTA - Entitas Grup Astra di sektor pertambangan dan energi, PT United Tractors Tbk. (UNTR) menargetkan pendapatan bisnis batu bara dan non batu bara akan seimbang pada 2030.
Direktur United Tractors Edhie Sarwono menyampaikan UNTR mengembangkan strategi transisi untuk menyeimbangkan pendapatan bisnis batu bara dan non batu bara pada 20230. Namun, bisnis batu bara akan tetap dioptimalkan seiring dengan masih tingginya kebutuhan energi di Indonesia.
"Sesuai dengan agenda transisi energi dari Pemerintah dan Grup Astra, kami sudah berkomitmen pendapatan bisnis batu bara akan berimbang dengan non batu bara pada 2030. Namun, bukan berarti pendapatan batu baranya kami kurangi, tetap dioptimalkan, dan nantinya seimbang dengan bisnis non batu bara," jelasnya di Menara Astra, Rabu (7/6/2023).
Edhie menyebutkan saat ini kontribusi bisnis batu bara masih mencapai 72 persen dari total pendapatan UNTR. Mengutip laporan keuangan kuartal I/2023 pendapatan bersih konsolidasian UNTR mencapai Rp34,9 triliun atau meningkat sebesar 25 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2022 yang sebesar Rp27,9 triliun.
Kontrobusi pendapatan berasal masing-masing unit usaha yaitu mesin konstruksi, kontraktor penambangan, pertambangan batu bara, pertambangan emas, industri konstruksi, dan energi secara berturut-turut sebesar 31 persen, 33 persen, 30 persen, 5 persen, 1 persen, dan kurang dari 1 persen terhadap total pendapatan bersih konsolidasian.
Ekspansi UNTR di sektor non batu bara yang saat ini dan masih akan masif dilakukan ialah energi baru terbarukan (EBT) dan pertambangan mineral. Pengembangan sektor EBT dilakukan melalui anak usahanya, PT Energi Prima Nusantara (EPN).
Baca Juga
Edhie menyebutkan EPN memiliki tiga strategi pertumbuhan, yaitu pengembangan solar panel atau pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), pembangkit listrik tenaga air (PLTA), dan investasi atau penyertaan modal.
Di sektor PLTS, EPN telah mengembangkan daya hingga 6 MW, dan ke depannya akan membangun lebih lanjut hingga 19 MW di dalam pipeline perusahaan. Adapun, di bisnis PLTS, EPN sedangkan mengembangkan daya hingga 7,4 MW.
"Untuk EBT, kami kerja sama dengan PLN untuk Power Purchase Agreement (PPA). Jadi kami akan menjual daya ke PLN, kemudian PLN yang mendistribusikannnya ke pelanggan," jelasnya.
Mayoritas pelanggan listrik EPN berasal dari Grup Astra dan entitasnya, terutama untuk kebutuhan pabrik. Kontribusi pelanggan publik baru mencapai 4 persen.
Dari sisi investasi, EPN sudah melakukan penyertaan modal di PT Arkora Hydro Tbk. (ARKO). EPN tercatat menguasai 26,55 persen saham ARKO per April 2023.
Menurut Edhie, perusahaan terbuka dengan peluang akuisisi aset EBT lainnya. Hal itu menjadi salah satu fokus ekspansi EPN.
UNTR juga akan melakukan ekspansi sektor pertambangan logam. Saat ini, UNTR sudah melakukan produksi emas melalui PT Agincourt Resources yang mengoperasikan tambang emas Martabe, di Sumatera Utara.
UNTR juga menargetkan produksi dan penjualan emas meningkat pada 2024 seiring dengan pengoperasian tambang Sumbawa Juta Raya (SJR). Diperkirakan opersi komersial mulai semester II tahun depan.
Edhie menambahkan di sektor mineral, UNTR melebarkan sayap bisnis ke pertambangan dan smelter nikel untuk menopang perkembangan industri kendaraan listrik di Indonesia.
Oleh karena itu, perusahaan menargetkan bisa menyelesaikan proses akuisisi saham perusahaan tambang nikel PT Starget Pacific Resources (SPR) dan perusahaan smelter nikel PT Stargate Mineral Asia (SMA).
"Mudah-mudahan closing [penyelesaian akuisisi] dalam waktu dekat, bulan ini atau bulan-bulan depan," imbuhnya.