Bisnis.com, JAKARTA - Emiten BUMN pertambangan batu bara, PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) menargetkan operasi komersial (COD) pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Sumsel-8 pada September 2023.
Direktur Utama Bukit Asam Arsal Ismail menyampaikan PLTU Sumsel-8 merupakan bagian dari Program Pembangunan Pembangkit Listrik 35.000 MW. Pembangkit ini menggunakan teknologi super critical yang efisien dan ramah lingkungan.
Selain itu, PLTU Sumsel-8 juga menerapkan teknologi flue gas desulfurization (FGD) untuk menekan emisi gas buang. Teknologi FGD ini dapat mengurangi sulfur dioksida dari emisi gas buang pembangkit listrik berbahan bakar batu bara.
"PLTU diharapkan mencapai status Commercial Operation Date (COD) pada September 2023," ujar Arsal dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (28/5/2023).
Pembangkit yang juga dikenal dengan nama PLTU Tanjung Lalang ini dibangun oleh PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) yang merupakan kerja sama strategis antara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan China Huadian Hongkong Company Ltd (CHDHK).
Nilai investasi proyek PLTU Sumsel-8 mencapai US$1,68 miliar atau sekitar Rp25 triliun. Amandemen Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik atau Power Purchase Agreement (PPA) dan Coal Supply Agreement (CSA) untuk proyek PLTU berkapasitas 2x660 Megawatt (MW) ini telah ditandatangani PLN dan PTBA bersama HBAP.
Baca Juga
Bila sudah beroperasi penuh, PLTU Tanjung Lalang bisa menyerap hasil produksi batu bara PTBA lebih dari 5 juta ton per tahun.
Pada 7 Mei 2023, penyaluran tegangan listrik (Energize) untuk umpan tenaga listrik dari PLN (Backfeeding Power) dari jalur SUTET 275 kV Lumut Balai-Muara Enim ke PLTU Tanjung Lalang berhasil dilakukan, dilanjutkan uji komisioning seluruh mesin/peralatan sebelum masuk ke tahap operasional.
"Keberhasilan tahapan Backfeeding ini sangat penting untuk melaksanakan proses uji kapasitas andal bersih (NDC Test) yang diupayakan dapat selesai pada Juli 2023 untuk pembangkit Unit Pertama," kata Arsal.