Bisnis.com, JAKARTA — CGS-CIMB Sekuritas Indonesia merombak deretan saham-saham berbasis environment, social, and governance (ESG) yang menjadi rekomendasi mereka. Terdapat sejumlah kebijakan terkait transisi energi dan penghiliran komoditas yang turut mempengaruhi perombakan ini.
Tim Analis CGS-CIMB Sekuritas Peter P. Sutedja, Hadi Soegiarto, dan Reynanda A. Purwoko dalam risetnya tertanggal 23 Mei 2023 menyebutkan bahwa insentif pemerintah terhadap penghiliran nikel untuk meningkatkan penjualan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) menjadi topik ESG yang paling cepat berkembang di Indonesia.
“Dukungan yang terus dilakukan oleh pemerintah dan keberhasilan IPO perusahaan pertambangan nikel seperti MBMA dan NCKL serta yang berbasis energi terbarukan dapat menarik lebih banyak lagi perusahaan-perusahaan yang bertemakan ESG untuk IPO di Indonesia, sehingga menurut pandangan kami dapat meningkatkan ESG picks di Indonesia,” tulis mereka.
Dari sisi kebijakan transisi energi seperti mandatori B35 sejak Februari 2023, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan bahwa implementasi pada kuartal I/2023 masih lambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Serapan biodiesel selama periode ini mencapai 2,1 juta kiloliter atau lebih rendah daripada Januari—Maret 2023 yang mencapai 2,5 juta kiloliter.
Lebih rendahnya serapan pada tiga bulan pertama turut dipengaruhi oleh kesiapan perusahaan-perusahaan yang memerlukan lebih banyak waktu untuk memenuhi target bauran baru. Pemerintah sendiri memberi keleluasaan bagi fuel retailer untuk melakukan penyesuaian fasilitas pencampuran mereka.
“Menurut pandangan kami, persyaratan pencampuran biodiesel yang lebih tinggi untuk bahan bakar diesel dapat menguntungkan produsen CPO yang sebagian besar menjual ke pasar domestik, yaitu TAPG dan DSNG,” lanjut Tim Analis CGS-CIMB.
Baca Juga
Terakhir, rencana penerapan batasan emisi oleh Kementerian ESDM dalam regulasi pajak karbon 2023/2024 diperkirakan berdampak minim kepada perusahaan pertambangan batu bara. CGS-CIMB mencatat target emisi yang diterapkan cenderung bisa dicapai oleh pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) generasi baru yang berusia kurang dari 10 tahun. Selain itu, paparan laba dari PLTU yang dimiliki perusahaan terhadap net profit after tax (NPAT) cenderung terbatas, yakni di bawah 6 persen.
Dengan sejumlah pertimbangan di atas, CGS-CIMB kini mengarahkan rekomendasi pada BBRI, BFIN dan MYOR dari sebelumnya BBRI, UNTR, dan KLBF. Reshuffle ini dilakukan dengan mempertimbangkan potensi perusahaan berbasis ESG menjelang Pemilihan Umum 2024.
“Kami me-reshuffle saham pilihan ESG ke perusahaan yang mempunyai segmen mass-market oriented, di mana dapat diuntungkan dari belanja pemilu pada semester kedua mendatang. Kami mempertimbangkan BBRI karena kemampuannya menyalurkan fasilitas finansial dengan cepat dan BFIN karena ekspansi fasilitas pinjamannya. Sementara itu, MYOR memiliki rekam jejak tata kelola manajemen yang kuat.”
===
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.