Bisnis.com, JAKARTA — Toko Buku Gunung Agung, yang berencana menutup seluruh gerainya pada akhir 2023, dalam sejarahnya pernah menjadi emiten dan melantai di Bursa Efek Indonesia pada 6 Januari 1992.
Pada 6 Januari 1992, Toko Buku Gunung Agung memperoleh pernyataan efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) untuk melakukan penawaran umum perdana saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Kala itu, berdasarkan anggaran dasar perusahaan, kegiatan bisnis PT Toko Buku Gunung Agung Tbk., dengan kode saham TKGA, bergerak di bidang perdagangan eceran buku-buku, alat tulis, dan alat kantor serta usaha sejenis lainnya, termasuk perusahaan penukaran uang atau forex.
Pada 28 Februari 2013 atau lebih dari dua dekade kemudian, PT Toko Gunung Agung Tbk berganti nama menjadi PT Permata Prima Sakti Tbk, seiring dengan penawaran umum saham terbatas yang menandai perubahan lini bisnis ke sektor batu bara.
Perubahan nama dan lini bisnis ini sekaligus menandai aksi backdoor listing yang dilakukan oleh PT Permata Energy Resources melalui Permata Prima Sakti.
Kala itu, Hoesen (kini menjadi komisaris utama Mandiri Sekuritas), sebagai Direktur Penilaian Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat mengatakan otoritas bursa mendukung langkah backdoor listing terhadap emiten yang selama ini pergerakan sahamnya tidak likuid seperti Toko Gunung Agung (TKGA).
Baca Juga
"Bagus Permata Energy Resources [PER] mau masuk ke Toko Gunung Agung yang kurang likuid, sahamnya kecil, bahkan ekuitasnya negatif. Jadi bagus nanti ada going conern lagi," katanya kala itu, Jum'at (21/12/2012).
Namun demikian, lanjutnya, otoritas bursa akan mempelajari dahulu going concern dan prospek bisnis PER guna memastikan fundamental entitas baru yang akan masuk.
"Masih dipelajari, kami akan tanya mengenai prospek bisnis ke depan," ujarnya ketika itu.
Dalam proses backdoor listing tersebut, TKGA akan menerbitkan 960 juta lembar saham baru atau 94,86% dari total modal ditempatkan dan disetor, dengan harga pelaksanaan Rp500 per saham atau dua kali lipat dari harga pasar Rp250 per saham.Seluruh saham baru tersebut akan diserap oleh PT Permata Prima Energi yang merupakan induk usaha dari PER.
Saham Tidur
Adapun, Saham TKGA tertidur lelap di level harga Rp250 sejak 2006 hingga 2012. Kemudian, harga sahamnya mulai terbangun seiring dengan berhembusnya rencana aksi backdoor listing.
Akhirnya, emiten berkode TKGA tersebut mendapat restu pemegang saham untuk penawaran saham terbatas (rights issue) senilai Rp480 miliar dengan pembeli siaga PT Permata Prima Energy yang siap membeli 89,35% saham setelah aksi korporasi selesai. Dana hasil rights issue tersebut digunakan seluruhnya untuk mengakuisisi 99,79% saham perusahaan pertambangan PT Permata Energy Resource (PER) yang memiliki konsesi tambang batu bara di Riau dan Jambi.
Namun, tak bertahan lama, usai backdoor listing, saham TKGA disuspensi pada 21 Oktober 2014 hingga akhirnya didepak oleh BEI alias delisting pada 16 November 2017.