Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) mengungkapkan sejumlah strategi untuk menyukseskan emisi green bond senilai US$400 juta yang mengalami kelebihan permintaan hingga 8,25 kali atau sekitar US$3,3 miliar.
Direktur Keuangan Pertamina Geothermal Energy Nelwin Aldriansyah mengungkapkan ada dua syarat utama yang menentukan kesuksesan emisi green bond atau obligasi hijau emiten berkode saham PGEO.
“Kedua syarat itu menjadi faktor utama keberhasilan emisi green bond Pertamina Geothermal. Green bond juga sekaligus menjadi natural hedge dari bisnis PGEO,” ungkapnya dalam diskusi dengan sejumlah awak media seusai mengunjungi Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Kamojang, arena geothermal tertua dan terbaik di Indonesia, Rabu (17/5/2023).
Nelwin menyebut dua syarat utama keberhasilan emisi green bond Pertamina Geothermal Energy, yaitu pertama mendapat credit rating dari global rating agencies dan kedua adalah memiliki Green Financing Framework.
Green bond PGEO tercatat mendapatkan peringkat Baa3 (Stable) dari Moody’s dan BBB- (Stable) dari Fitch Rating, sedangkan green financing framework sudah disiapkan oleh perseroan jauh-jauh hari mengingat bisnis PGEO memang bergerak di industri energi baru dan terbarukan (EBT).
PGEO sendiri sudah menyampaikan kepada investornya mengenai green financing framework sejak Mei 2022 dan kemudian mendapat second party opinion pada Agustus 2022.
Opini kedua dari Sustainalytics, lembaga riset dan pemeringkatan ESG, menyimpulkan bahwa Pertamina Geothermal Energy memiliki posisi yang baik untuk menerbitkan green bond, mengajukan pinjaman maupun sukuk karena telah sudah selaras dengan empat komponen utama dalam Green Bonds Principles 2021, Green Loan Principles 2021, dan Asean Green Bonds Standards 2018.
Terpenuhinya kedua syarat tersebut menjadikan emiten berkode saham PGEO di Bursa Efek Indonesia itu memperoleh kupon yang sangat kompetitif, yaitu 5,15 persen untuk tenor 5 tahun. “Ini rate yang sangat bagus. Bandingkan dengan bank BUMN yang sebelumnya juga sudah menerbitkan. Credit ratingnya di atas PGEO, tapi kuponnya 5,50 persen. Tingkat kupon yang kompetitif menunjukkan kepercayaan investor terhadap green bond PGEO.”
Pertamina Geothermal Energy Menjadi Segelintir Korporasi Berpredikat Greenium
Dengan dua syarat yang sudah dimiliki itu, katanya, ke depan lebih menguntungkan bagi PGEO untuk menerbitkan green bond berikutnya Karena price-nya bisa lebih kompetitif dibandingkan global bond konvensional.
“Istilahnya di pasar itu greenium. Investor berani mengambil dengan kupon yang lebih rendah dibandingkan dengan kupon sejenis perusahaan yang tidak berkategori green. Prosesnya di Bursa Singapura juga cepat [emisi green bond Pertamina Geothermal Energy], dari mulai kick-off hingga pricing hanya sekitar 2 minggu,” ungkapnya.
Sebelumnya, Global Markets Economist Maybank Indonesia Myrdal Gunarto menyebut respons positif pelaku pasar atas penerbitan green bond PGEO ditopang oleh sejumlah hal. Salah satunya, tingginya minat investor didasarkan pada performa perusahaan yang terbukti positif bagus di sepanjang tahun lalu.
"Selain itu, posisi PGEO sebagai pemain utama dari bisnis penghasil energi baru dan terbarukan (EBT) yang ramah lingkungan. Ini penting, karena akan menjadi penopang utama kesinambungan bisnis perseroan ke depan," ujar Myrdal dalam keterangannya.
Selanjutnya, imbal hasil yang ditawarkan PGEO terlihat cukup menarik di tengah tren penurunan yield obligasi global disamping peringkat investment grade (layak investasi) yang disandang perseroan di level internasional.
Sebelumnya PGEO telah menandatangani purchase agreement dengan beberapa pihak selaku Initial Purchasers, Joint Global Coordinators dan Joint Bookrunners (JBR) pada 20 April 2023, terkait dengan penerbitan green bond.
Para JBR tersebut adalah Australia and New Zealand Banking Group Limited, BNP Paribas, Citigroup Global Markets Singapore Pte. Ltd., The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited, Mandiri Securities Pte. Ltd., MUFG Securities Asia Limited Singapore Branch, dan SMBC Nikko Securities (Hong Kong) Limited and United Overseas Bank Limited.
“Berdasarkan Purchase Agreement, perseroan menunjuk JBR untuk melakukan penawaran dan penjualan Surat Utang kepada investor di luar wilayah Indonesia. Purchase Agreement diatur berdasarkan hukum Negara Bagian New York, Amerika Serikat,” tulis manajemen dalam keterbukaan informasi dikutip Minggu (23/4/2023).
PGEO akan menggunakan dana dari utang tersebut untuk melunasi seluruh sisa utang dengan Mandated Lead Arrangers, Kreditur Sindikasi Awal dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) sebagai Facility Agent yang akan jatuh tempo pada 23 Juni 2023 (Facilities Agreement).
“Rencana penggunaan dana tersebut telah sesuai dengan Eligibility Criteria yang telah ditetapkan dalam Green Financing Framework perseroan,” ujar manajemen.
Manajemen mengatakan penerbitan surat utang tersebut diharapkan dapat memberikan keleluasan lebih bagi PGEO dalam merencanakan dan menjalankan bisnis. Hal ini juga akan berdampak pada perkembangan kegiatan usaha dari PGEO.
Pada penutupan perdagangan Rabu (17/5/2023), saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) stagnan di level harga Rp840. Sepanjang 1 bulan terakhir, saham emiten berkapitalisasi Rp34,77 triliun itu sudah menghijau 20,86 persen.