Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Melemah ke Rp14.870, Dolar AS Perkasa

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau melemah pada pembukaan perdagangan hari ini ke level Rp14.870 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau melemah pada pembukaan perdagangan hari ini ke level Rp14.870 per dolar AS. /Bank Indonesia
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau melemah pada pembukaan perdagangan hari ini ke level Rp14.870 per dolar AS. /Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau melemah pada pembukaan perdagangan hari ini ke level Rp14.870 per dolar AS. Pelemahan rupiah tersebut seiring dengan potensi penguatan dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, Rabu (17/5/2023), pukul 09.05 WIB mata uang rupiah terkoreksi 0,34 persen atau 50,5 poin menjadi Rp14.870 per dolar AS. Sementara itu, mayoritas mata uang Asia lainnya juga terpantau melemah terhadap dolar AS. Indeks dolar AS berada di kisaran level 102,5.

Mata uang yang lesu terhadap dolar AS lainnya yakni ringgit Malaysia melemah 0,56 persen, baht Thailand melemah 0,20 persen, yuan China melemah 0,18 persen, peso Filipina melemah 0,12 persen, dan won Korea melemah 0,09 persen.

Sementara itu, mata uang Asia yang menguat terhadap dolar AS hanya rupee India yang menguat 0,11 persen dan dolar Hong Kong yang menguat tipis 0,02 persen.

Sebelumnya, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan rupiah dibuka berfluktuatif namun berisiko ditutup melemah pada perdagangan hari ini.

"Rupiah diperkirakan ditutup melemah pada rentang Rp14.800-Rp14.860 per dolar AS," jelasnya dalam publikasi riset Selasa, (16/5/2023).

Dari sentimen global, data ekonomi dari mitra dagang utama, yakni China menunjukkan produksi industri dan penjualan ritel per April 2023 tumbuh di bawah ekspektasi. Data yang dibawah ekspektasi tersebut muncul setelah beberapa indikator ekonomi yang melemah pada awal Mei 2023.

"Beberapa indikator ekonomi yang lemah awal bulan ini, menunjukkan pemulihan yang terhuyung-huyung di ekonomi terbesar Asia, bahkan setelah negara melonggarkan sebagian besar tindakan anti-COVID awal tahun ini," katanya.

Selain itu, sentimen terhadap aset yang digerakkan oleh risiko juga diguncang oleh sejumlah pejabat Federal Reserve atau The Fed yang memperingatkan bahwa bank masih dapat bertindak lebih jauh untuk menurunkan inflasi. Dalam pidato terpisah, empat presiden The Fed regional mengatakan suku bunga kemungkinan akan tetap tinggi untuk lebih lama.

Sementara itu dari dalam negeri, pertumbuhan ekonomi pada 2023 diprediksi akan berada di atas 5 persen. Hal tersebut didukung oleh reformasi struktural yang dilakukan Indonesia dan memberikan bantalan dari gejolak di luar negeri.

Prediksi tersebut berdasarkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2023 sebesar 5,03 persen atau menyamai pertumbuhan ekonomi pra-pandemi Covid-19.

"Selain itu, faktor pendorong lainnya yang dapat meningkat pertumbuhan ekonomi Indonesia, yaitu berada pada sektor pariwisata yang terus mendekati tren normal seiring dengan berakhirnya  Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di akhir tahun 2023," pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper