Bisnis.com, JAKARTA - PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) menargetkan penjualan batu bara 21,5 juta-22,5 juta ton pada 2023. Sekitar 78 persen dari target tersebut sudah dikontrak oleh pelanggan.
Direktur Utama ITMG Mulianto menyampaikan perusahaan mengejar volume penjualan batu bara pada 2023 sejumlah 21,5 juta-22,2 juta ton. Mayoritas batu bara sekitar 78 persen dari target sudah memiliki kontrak dengan pelanggan.
"Dari target volume penjualan 2023, sebanyak 37 persen harga jualnya telah ditetapkan, 41 persen mengacu pada indeks harga batu bara, sedangkan sisanya sebanyak 22 persen belum terjual," jelasnya dalam keterangan resmi, Rabu (17/5/2023).
Untuk volume produksi batu bara, ITMG menargetkan 16,6 juta-17 juta ton pada tahun ini. Per kuartal I/2023, ITMG merealisasikan produksi batu bara 3,8 juta ton, dan penjualan 4,5 juta ton. Menurut Mulianto, realisasi kinerja tersebut sudah sesuai target perusahaan di tengah curah hujan yang tinggi pada awal tahun.
Perincian penjualan batu bara pada kuartal I/2023 ialah China (1,4 juta ton), Indonesia (1,0 juta ton), Jepang (0,6 juta ton), Filipina (0,4 juta ton), Bangladesh (0,4 juta ton), serta negara-negara lain di Asia Timur, Asia Tenggara, dan Eropa.
Menurut Mulianto, perusahaan fokus kepada tiga strategi untuk memacu kinerja 2023. Pertama, fokus ketahanan finansial dengan menanggapi secara gesit perubahan ekonomi dan pasar guna mengoptimalkan profitabilitas.
Baca Juga
Hal ini mencakup optimalisasi faktor-faktor yang menentukan pendapatan serta manajemen biaya yang efisien, sehingga perusahaan tetap kuat secara finansial di tengah tantangan yang mungkin muncul.
Kedua, melakukan peningkatan pertambangan melalui ekspansi dan diversifikasi yang adaptif. Dalam hal ini, Perusahaan dapat meningkatkan pendapatan dari bisnis pertambangan dengan meningkatkan cadangan potensial melalui eksplorasi dan pembaharuan asumsi ekonomi ataupun menjajaki penambangan bawah tanah dan proyek gasifikasi batubara bawah tanah guna membuka potensi sumber daya yang ada.
ITMG juga memiliki berbagai opsi strategis guna menciptakan pendapatan baru, termasuk produksi melalui operasi tambang baru seperti PT Graha Panca Karsa (GPK), PT Nusa Persada Resources (NPR), dan PT Tepian Indah Sukses (TIS), yang diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan produksi.
Perusahaan juga senantiasa meningkatkan nilai dari bisnis pertambangan, misalnya melalui penciptaan bisnis pelabuhan dan logistik ataupun ekspansi bisnis ke komoditas strategis mineral ‘clean tech’.
Ketiga, menjadikan fokus ESG untuk beroperasi secara berkelanjutan dan bertanggung jawab, menerapkan prakarsa dekarbonisasi dan mengkaji peluang bisnis baru yang ramah lingkungan. Prakarsa ini merupakan cermin komitmen perusahaan dalam menciptakan perubahan positif dan berkelanjutan dalam beroperasi.
Sementara itu, ITMG mencatatkan peningkatan pendapatan sepanjang kuartal I/2023. Akan tetapi, laba bersih ITMG tercatat turun menjadi Rp2,69 triliun selama 3 bulan 2023.
Pendapatan ITMG naik 7,13 persen pada kuartal I/2023, menjadi US$685,5 juta atau setara Rp10,1 triliun (kurs Jisdor Rp14.746 per dolar AS). Pendapatan ini meningkat dari kuartal I/2022 sebesar US$639,9 juta.
ITMG tercatat menjual batu baranya ke pihak ketiga sebesar US$649,97 juta, naik dari kuartal I/2022 sebesar US$618,83 juta. Sementara itu, penjualan ke pihak berelasi sebesar US$37,6 juta, naik dari US$20,6 juta.
Pendapatan bersih ini diperoleh dari anak usaha PT Indominco Mandiri (IMM) sebesar US$187,08 juta, PT Trubaindo Coal Mining (TCM) sebesar US$205,9 juta, PT Jorong Barutama Greston (JBG) senilai US$24,5 juta, PT Bharinto Ekatama US$302,5 juta, dan dari lainnya sebesar US$10,2 juta.
Meningkatnya pendapatan ITMG juga turut menaikkan beban pokok pendapatan ITMG sebesar 37,9 persen, menjadi US$418,6 juta, dari US$303,6 juta secara tahunan.
Beban pokok pendapatan ini naik akibat royalti yang meningkat 46,4 persen menjadi US$112,2 juta, dan biaya penambangan yang naik menjadi US$133 juta atau naik 43,07 persen.
Peningkatan beban pokok pendapatan ini membuat laba kotor ITMG tergerus 20,64 persen menjadi US$266,9 juta, dari US$336,3 juta. Begitu pula dengan laba bersih ITMG yang turun 14,33 persen dari US$213,2 juta di kuartal I/2022, menjadi US$182,7 juta. Laba bersih ini setara Rp2,69 triliun.
Direktur Komunikasi Korporat dan Hubungan Investor ITMG Yulius Gozali menyampaikan ada tiga faktor yang membuat laba bersih ITMG menurun pada kuartal I/2023, yaitu kenaikan beban bahan bakar karena naiknya harga minyak, peningkatan rasio pengupasan tanah, dan royalti batu bara.
"Biasanya kinerja kuartal I memang menurun, kemudian selanjutnya cenderung naik dan puncaknya pada kuartal IV," jelasnya, Rabu (17/5/2023).
Dia optimistis kinerja ITMG masih cenderung bertumbuh pada 2023. Selain strategi internal perseroan, menurutnya kinerja harga jugal batu bara ITMG masih stabil di kisaran US$130-US$140 per ton.
Pada kuartal I/2023, rerata harga jual (ASP) batu bara ITMG US$150,9 per ton, naik dari kuartal I/2022 US$150,4 per ton, tetapi di bawah triwulan sebelumnya kuartal IV/2022 US$198,1 per ton.