Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas melemah pada akhir perdagangan Rabu (10/5/2023), menghentikan kenaikan dua hari berturut-turut karena optimisme atas pemotongan suku bunga Federal Reserve memudar setelah laporan inflasi AS, memicu aksi ambil untung emas.
Harga emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, tergelincir US$5,80 atau 0,28 persen menjadi US$2.037,10 per ounce, setelah menyentuh level tertinggi sesi di US$2.056,00 dan terendah di US$2.028,30.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Rabu (10/5/2023) bahwa indeks harga konsumen (IHK) AS naik 0,4 persen pada April, sejalan dengan ekspektasi pasar. Secara tahunan, tingkat inflasi adalah 4,9 persen, sedikit lebih rendah dari perkiraan dan turun dari kenaikan tahun-ke-tahun sebesar 5,0 persen pada Maret. Pembacaan inflasi tahunan di bawah 5,0 persen untuk pertama kalinya dalam dua tahun.
Dengan angka IHK yang sesuai dengan ekspektasi, para pedagang kecewa karena mereka tidak bisa mendapatkan gambaran pasti tentang waktu penurunan suku bunga dan jeda suku bunga. Para analis pasar berpendapat bahwa Federal Reserve dapat terus mengulur waktu dan menunggu kejelasan dari rilis data ekonomi mendatang selama beberapa bulan mendatang.
"Masih ada risiko Fed harus mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama... Emas akan membutuhkan lebih banyak penurunan suku bunga untuk menjadi harga yang agresif guna melanjutkan reli," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, mengutip Antara.
Tetapi beberapa analis mengatakan emas dapat mencoba mencapai rekor tertinggi, mengingat kekhawatiran ekonomi yang terus-menerus, termasuk potensi gagal bayar jika plafon utang AS tidak dinaikkan.
Baca Juga
"Lebih banyak perhatian harus diberikan pada keadaan sistem perbankan dan kecerobohan dalam pembicaraan plafon utang," kata analis StoneX Rhona O'Connell.
Fokus pasar sekarang bergeser ke indeks harga produsen April yang akan dirilis pada Kamis waktu setempat untuk petunjuk lebih lanjut.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli turun 24 sen atau 0,93 persen, menjadi ditutup pada 25,658 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli terangkat 3,10 dolar AS atau 0,28 persen, menjadi menetap pada 1.119,10 dolar AS per ounce.
Menurut ahli strategi Macquarie Group Ltd., Marcus Garvey, emas mungkin bereaksi lebih kuat terhadap inflasi IHK yang lebih panas dari perkiraan,
“Posisi risiko untuk emas jelas merupakan angka yang lebih kuat yaitu tekanan pada Fed, emas mengalami penurunan lagi. Menurut saya berkurangnya peluang pelonggaran kebijakan kini mendominasi,” katanya.
Sementara itu, krisis plafon utang AS makin memperburuk sentimen investor. Kegagalan untuk menemukan resolusi menghadirkan risiko nyata terhadap posisi dolar, dan sebaliknya, meningkatkan daya tarik emas.
Namun, jalan ke depan tidak pasti, dengan investor menimbang keadaan ekonomi. Presiden Federal Reserve Bank of New York John Williams pada Selasa mengatakan dia sedang memantau bagaimana ketegangan di sektor perbankan memengaruhi ekonomi AS dan membiarkan peluang suku bunga ditahan bulan depan.
Tim analis Monex Investindo Futures menilai emas berpeluang bergerak naik terdorong outlook pelemahan dolar AS yang dipicu oleh ketidakpastian isu plafon utang AS. Namun, sebaiknya pasar mewaspadai pernyataan yang cenderung hawkish dari pejabat Fed.