Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Terseok-seok, Waswas Krisis Perbankan Muncul Lagi

Indeks saham Asia hari ini jatuh untuk sesi keempat berturut-turut, dengan saham keuangan membukukan kerugian terbesar.
Salah satu layar perdagangan di bursa saham China./Bloomberg
Salah satu layar perdagangan di bursa saham China./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia melemah pada perdagangan Rabu (26/4/2023) atau menuju penutupan terendah dalam sebulan, dilanda kekhawatiran baru tentang krisis perbankan global.

Di sisi lain, hingga 12.30 WIB, IHSG terpantau masih bergerak di zona hijau, naik 0,57 persen atau 38,95 poin ke level 6.860,74. Sebanyak 295 saham menguat, 236 saham melemah, dan 196 saham stagnan.

Saham pendatang baru seperti PT Era Digital Media Tbk. (AWAN) menguat signifikan 35,81 persen pada akhir sesi pertama perdagangan hari ini. Sementara itu, duo saham emiten milik Erick Thohir, yakni PT Mahaka Radio Integra Tbk. (MARI) dan PT Mahaka Media Tbk. (ABBA) masing-masing melejit 13,33 persen dan 7,69 persen.

Mengutip Bloomberg, Rabu (26/4/2023), indeks saham Asia jatuh untuk sesi keempat berturut-turut, dengan saham keuangan membukukan kerugian terbesar. Saham perusahaan penambang bijih besi dan pembuat baja juga tergelincir karena bijih besi sebelumnya turun di bawah US$100 per ton untuk pertama kalinya sejak Desember 2022, sinyal pemulihan yang lemah untuk permintaan komoditas China.

Aksi jual saham China menunjukkan tanda-tanda pelonggaran karena fokus beralih ke potensi dukungan kebijakan baru dari Beijing. Indeks acuan CSI 300 turun 0,2 persen sebelum istirahat perdagangan siang, sementara indeks MSCI saham China naik 0,6 persen setelah mengalami kerugian enam hari.

Sentimen lebih baik menyapa Korea Selatan setelah pembuat baterai LG Energy Solution Ltd. membukukan laba bersih kuartal pertama yang mengalahkan estimasi analis. Sementara itu pemasok untuk Apple Inc, SK Hynix Inc. memperkirakan rebound di sektor chip akhir tahun ini.

Adapun indeks berjangka AS pulih dari kerugian Selasa menyusul pendapatan yang lebih baik dari perkiraan untuk Microsoft dan Alphabet.

Sementara itu, pendapatan mengecewakan First Republic Bank menyalakan kembali kekhawatiran atas kesehatan sektor perbankan AS. Bank regional AS ini sedang menjajaki penjualan aset hingga US$100 miliar dari hipotek jangka panjang dan sekuritas sebagai bagian dari rencana penyelamatan.

“Pasar sangat fokus pada beberapa laporan pendapatan, tetapi mungkin mengabaikan bobot perlambatan ekonomi yang terjadi saat ini, terutama di Amerika Serikat. Saya melihat berbagai macam sinyal teknis yang tampaknya menunjukkan lingkungan yang berisiko," kata John Woods, kepala investasi Asia Pasifik di Credit Suisse Group AG.

Treasuries sedikit berubah di Asia setelah imbal benchmark tenor 10 tahun turun 9 basis poin pada Selasa dan yield tenor dua tahun yang sensitif terhadap kebijakan moneter AS turun 13 basis poin.

Adapun dolar AS terpantau stabil setelah reli pada Selasa ketika investor memburu dolar sebagai aset safe haven

“Banyak ekspektasi saat ini seputar pendapatan perusahaan terlalu positif, mengingat AS masih memiliki beberapa cara untuk mengendalikan inflasi” kata Yuting Shao, ahli strategi makro di State Street Global Markets di Hong Kong.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper