Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News BisnisIndonesia.id: Rekayasa Lalin Mudik hingga Ambisi Korsel di Baterai

Berita tentang manajemen rekayasa lalu lintas mudik lebaran menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id hari ini.
Ilutrasi top 5. Sumber: Canva
Ilutrasi top 5. Sumber: Canva

Bisnis.com, JAKARTA — Strategi pemerintah dalam menerapkan rekayasa lalu lintas pada periode arus mudik Lebaran 2023 dinilai efektif dalam mengurai kepadatan di titik-titik tertentu yang menjadi biang kemacetan.

Berita tentang manajemen rekayasa lalu lintas mudik lebaran menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id hari ini. Selain berita tersebut, sejumlah berita menarik lainnya turut tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.

Berikut ini highlight Bisnisindonesia.id, Sabtu (22/4/2023):

 

1. Uji Efektivitas Manajemen Rekayasa Lalu Lintas Mudik Lebaran

Pemerintah telah menerapkan rekayasa lalu lintas satu arah atau one way, contra flow, dan ganjil genap di jalan tol untuk mengurai kemacetan saat arus mudik Lebaran 2023. Rekayasa lalu lintas diperlukan sebagai antisipasi lonjakan jumlah pemudik.

Pasalnya, berdasarkan survei yang dilakukan Kemenhub melalui Badan Kebijakan Transportasi (BKT) potensi pergerakan masyarakat selama masa Lebaran 2023 diprediksi mencapai 123,8 juta orang. Jumlah tersebut meningkat 14,2 persen, bila dibandingkan dengan prediksi masyarakat di masa Lebaran tahun lalu yang mencapai 85,5 juta orang.

Adapun, strategi-strategi tersebut tertuang dalam Keputusan Bersama Nomor KP-DRJD 2616 Tahun 2023, SKB/48/IV/2023, 05/PKS/Db/2023 tentang Pengaturan Lalu Lintas Jalan serta Penyeberangan Selama Masa Arus Mudik dan Arus Balik Angkutan Lebaran Tahun 2023/1444 Hijriah.

Dalam SKB tertuang juga pengaturan lalu lintas selama masa arus mudik dan arus balik Angkutan Lebaran tahun 2023 dilakukan pada ruas jalan nasional, dengan rekayasa lalu lintas – yang lain, berupa pembatasan operasional angkutan barang, sistem satu arah (one way), sistem lajur pasang surut atau tidal flow (contra flow).

 

2. Terus Menguat, Ini Prospek Saham Trimegah Bangun Persada (NCKL)

Kinerja PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) atau Harita Nickel berpotensi meningkat karena memiliki sejumlah proyek untuk diversifikasi produk nikel. Sejalan dengan itu, sahamnya pun masih berpeluang untuk terus meningkat.

Saham NCKL terus menguat sejak listing di Bursa Efek Indonesia pekan lalu. Konsistensi penguatan ini diramal bakal berlanjut hingga menembus level Rp2.000.

NCKL listing di BEI pada Rabu (12/4/2023) di harga Rp1.250 per saham. Perseroan mengantongi dana segar senilai Rp10 triliun dari pelepasan 8 miliar saham baru dalam aksi initial public offering (IPO) pada awal tahun ini.

Sejak saat itu, saham NCKL terus menguat. Di hari pertama, penguatannya memang hanya 4,40 persen, tidak sampai begitu drastis hingga menyentuh auto rejection atas (ARA). Namun, seiring dengan konsistensi penguatan, saham NCKL kini sudah di level Rp1.445, lebih tinggi 15,6 persen dari harga perdana.

Trimegah Bangun Persada (NCKL) merupakan perusahaan pertambangan nikel terintegrasi vertikal yang beroperasi di Pulau Obi, Maluku Utara. NCKL saat ini mengoperasikan dua tambang bijih nikel, dan sebagian besar produk dari kedua tambang tersebut dipasok ke smelter milik NCKL sendiri.


 

3. Ambisi Emiten Batu Bara Pacu Produksi di Tengah Pelemahan Harga

Potensi pelemahan harga batu bara sepanjang tahun ini tidak menyurutkan semangat emiten-emiten batu bara untuk mematok target produksi yang tinggi tahun ini dan tumbuh dibanding capaian tahun lalu.

Indikasi pelemahan harga jual batu bara sudah terlihat sejak akhir tahun 2022 lalu. Harga batu bara acuan (HBA) dari  Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencapai puncaknya pada Oktober 2022 sebesar US$330,97 per ton, sedangkan per April 2023 tinggal US$265,26 per ton.

Pelemahan harga batu bara ini tidak terlepas dari faktor kekhawatiran terhadap pelemahan perekonomian global tahun ini. Meski demikian, hal itu tak menghalangi mereka untuk tetap mematok pertumbuhan target tahun ini.

“Tren penurunan harga batu bara sebetulnya sudah kelihatan jelas sekali dalam beberapa bulan terakhir, terutama kuartal keempat tahun lalu memang tajam, tidak lepas dari kekhawatiran pelemahan perekonomian Eropa dan Amerika Serikat,” kata Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal saat dihubungi, Rabu (19/4/2023).

Kekhawatiran itu, kata Faisal, belakangan menekan harga minyak mentah dunia yang ikut mendorong harga substitusi energi lainnya seperti batu bara melandai sepanjang triwulan pertama tahun ini.


 

4. Kekuatan Tentakel Bisnis Lim Hariyanto dari Sawit hingga Nikel

Lim Hariyanto Wijaya Sarwono atau lebih dikenal dengan nama Lim Hariyanto masuk dalam jajaran miliarder berkat Harita Group. Pundi-pundi semakin tebal usai membawa perusahaan sektor nikel IPO.

Kala itu tahun 1915, bisnis Harita Group bermula dari toko kelontong yang didirikan oleh sang ayah, Lim Tju King, seorang imigran dari Fujian China. Toko kelontong yang dimaksud dibuka pertama kali di Kalimantan Timur. Setelah ayahnya meninggal, bisnis diambil alih Lim Hariyanto, dan memutuskan untuk terjun ke bisnis kayu.

Harita Group kini  memiliki banyak tentakel yang bergerak dibidang yang berbeda. Sektor itu di antaranya mulai dari pertambangan nikel dan bauksit, smelter ferronikel, kilang penyulingan alumina, perkebunan kelapa sawit, ekpedisi, kayu, batu bara hingga properti.

Dia bersama putranya, Lim Gunawan Hariyanto dan Lim Gunardi Hariyanto memulai perluasan bisnis kayu pada 1980-an dengan membangun Harita Group. Saat itu, perusahaan mulai melakukan perdagangan kayu log sampai ke manufaktur kayu lapis pada 1983.

Harita terdaftar dengan nama PT Tirta Mahakam Resources, yang membuat produk kayu lapis, di Jakarta pada 1999. Lim juga membentuk usaha pertambangan dengan mitra di luar negeri, termasuk produksi emas di Kelian, di Kalimantan Timur, dengan Rio Tinto Plc (RIO).   


 

5. Upaya Korea Selatan Saingi Industri Baterai Listrik China

Investasi Negeri Ginseng di sektor baterai untuk kendaraan listrik tidak lagi bisa dibilang sebelah mata. Bahkan, negara ini terlihat sekali ingin menyalip China.

Pemerintah Korea Selatan dan perusahaan baterai terkemuka negara tersebut berencana secara bersama-sama mengucurkan investasi 20 triliun won atau setara US$15,1 miliar (Rp225,31 triliun) hingga 2030 untuk mengembangkan teknologi baterai canggih, termasuk baterai solid-state.

Tiga konglomerasi besar Korea telah memimpin pembangunan baterai listrik, yakni LG Energy Solution Ltd (LGES), Samsung SDI Co Ltd, dan SK On. Ketiganya menguasai seperempat pasar baterai electric vehicle (EV) global dan memasok untuk Tesla Inc, Volkswagen AG, General Motors Co, dan Ford Motor Co.

Mereka telah berencana untuk membangun pabrik produksi percontohan yang akan berfungsi sebagai pusat inovasi produk dan manufaktur mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper