Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Libur Panjang, Mampukah IHSG Memantul ke Zona Hijau?

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memiliki peluang untuk rebound ke kisaran 6.800—6.820 pada perdagangan Jumat (14/4/2023) setelah bergerak sideways.
Karyawati mengamati pergerakan harga saham di kantor PT Mandiri Sekuritas di Jakarta, Rabu (9/11/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati mengamati pergerakan harga saham di kantor PT Mandiri Sekuritas di Jakarta, Rabu (9/11/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memiliki peluang untuk rebound ke kisaran 6.800—6.820 pada perdagangan Jumat (14/4/2023) setelah bergerak sideways di perdagangan Kamis (13/4/2023).

Phintraco Sekuritas dalam riset hariannya menyebutkan selama IHSG bertahan di atas MA10 yakni 6.750, maka indeks komposit berpotensi melanjutkan minor bullish reversal pattern.

Pergerakan IHSG sendiri bakal dipengaruhi oleh sejumlah sentimen. Dari luar negeri, nilai ekspor China yang turun 1,4 persen year-on-year (YoY) pada Maret 2023, lebih landai dari perkiraan yakni turun 5 persen. Kondisi ini menjaga optimisme berlanjutnya pemulihan aktivitas manufaktur China pada 2023.

Selain itu, angka inflasi Jerman turun ke 7,4 persen YoY pada Maret 2023, lebih rendah daripada Februari 2023 yang mencapai 8,7 persen YoY. Sementara itu, produk domestik bruto (PDB) Inggris tumbuh 0,5 persen YoY pada Februari 2023, lebih tinggi dari perkiraan yakni 0,3 persen YoY.

Dari dalam negeri, nilai tukar rupiah menguat 0,84 persen ke Rp14.750 per dolar AS pada Kamis sore. Penguatan ditopang oleh optimisme pasar bahwa The Fed tidak akan menaikkan suku bunga acuan lebih dari 25 basis poin dalam beberapa FOMC ke depan.

Adapun beberapa saham yang direkomendasikan Phintraco untuk perdagangan besok adalah BMRI, ITMG, MAPI, HMSP. Sementara itu, rekomendasi trading buy disematkan pada ANTM, MDKA, PTBA dan TOWR.

Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan IHSG melemah pada Kamis di tengah menguatnya kekhawatiran resesi. Hal ini dikonfirmasi oleh salah satu pejabat The Fed seiring dengan krisis perbankan global yang menjadi salah satu tanda adanya potensi resesi tersebut.

Dengan inflasi yang dilaporkan melanjutkan penurunan dan meningkatnya risiko resesi, ada potensi tidak ada kenaikan suku bunga dalam FOMC bulan depan. Namun, ruang bagi The Fed untuk menaikkan suku bunga 25 basis poin lagi sebelum pada akhirnya melakukan penurunan suku  bunga juga masih terbuka.

“Kami memandang bahwa memang tren perlambatan ekonomi global masih akan berlangsung dalam jangka pendek hingga menengah yang juga dilengkapi dengan adanya potensi resesi,” tulis Pilarmas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper