Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Batu Bara Redup Imbas AS Beralih ke Gas Alam dan EBT

Harga baru bara kontrak April 2023 terpantau menguat 0,40 persen ke posisi US$194,15 per ton, sementara ICE Newcastle Coal untuk kontrak bulan selanjutnya.
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA – Harga baru bara kontrak April 2023 terpantau menguat 0,40 persen ke posisi US$194,15 per ton, sementara ICE Newcastle Coal untuk kontrak bulan selanjutnya hingga Desember mengalami pelemahan seiring dengan pasar listrik AS mulai beralih ke gas alam dan energi baru terbaharukan

Data harga batu bara kontrak berjangka menunjukkan kenaikan harga hanya dialami oleh batu bara kontrak April 2023 dan Mei 2023 masing masing sebesar 0,40 persen (US$194,15 per ton) dan 1, 75 persen (US$205 per ton). 

Sementara itu untuk batu bara kontrak Juni hingga Desember 2023 mengalami penurunan. Batu bara kontrak Juni paling banyak turun yaitu 4,15 persen ke level US$204,50 per ton. 

Penurunan ini disinyalir penggunaan batu bara oleh pasar listrik AS akan menurun untuk tahun kedua berturut-turut karena utilitas semakin beralih ke gas alam dan energi terbarukan yang lebih murah dan lebih bersih.

Melansir pemberitaan Bloomberg, batu bara akan memasok sekitar 17 persen listrik AS tahun ini. Data Departemen Energi AS menyebutkan pasokan batu bara tersebut turun dibandingkan dengan tahun lalu yang tercatat sekitar 20 persen dan melanjutkan penurunan selama beberapa dekade. 

“Batubara sekarang akan memasok lebih sedikit listrik daripada gas, energi terbarukan atau pembangkit nuklir,” demikian dikutip dari Bloomberg, Rabu (12/4/2023). 

Sementara itu, harga batu bara dan gas melonjak tahun lalu setelah invasi Rusia ke Ukraina menjungkirbalikkan pasar energi global dan mendorong permintaan bahan bakar fosil AS. Harga batubara tetap tinggi tetapi gas telah turun tajam, membuatnya lebih menarik bagi utilitas.

Sekitar 11 gigawatt pembangkit batu bara telah ditutup pada tahun lalu, mewakili 5 persen dari kapasitas bahan bakar AS, menurut Departemen Energi.

Sementara menurut Energy Think Thank Ember, emisi dari pembangkit listrik global mungkin telah mencapai puncaknya pada tahun 2022 dan diperkirakan akan mulai menurun di tahun-tahun mendatang, sebagai tanda sektor listrik dapat mencapai titik kritis dalam transisinya ke energi bersih.

Emisi listrik tumbuh sebesar 1,3 persen tahun lalu mencapai rekor tertinggi, didorong oleh sedikit peningkatan penggunaan batu bara untuk memenuhi permintaan listrik yang meningkat setelah berakhirnya penguncian covid-19.

Tetapi 2022 mungkin akan menjadi tahun terakhir sektor listrik global akan mencatat pertumbuhan emisi seperti itu, sektor ini telah mencapai titik balik bersejarah dalam pergeseran ke sumber daya bersih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper