Bisnis.com, JAKARTA - Kerja sama antara perusahaan telekomunikasi BUMN PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dengan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) tetap kuat meski investasinya sudah rugi Rp6,74 triliun.
Telkom mengaku tak akan mengurangi atau mengakhiri investasinya pada perusahaan teknologi tersebut. Perseroan memiliki alasan tersendiri di balik keputusan tersebut. Lagi pula, Telkom juga mencatatkan adanya keuntungan lain melalui sinergi dengan GOTO.
Selain soal investasi TLKM di GOTO, terdapat pula informasi komprehensif lainnya yang menjadi pilihan redaksi BisnisIndonesia.id pada Senin (27/3/2023).
Berikut adalah pilihannya :
1. The Fed Beri Sinyal Dovish, Aset Investasi Mana Paling Menarik?
Pasar investasi global menjadi makin menarik setelah the Fed memberikan sinyal kebijakan moneter yang lebih lunak tahun ini. Beberapa instrumen investasi dapat menjadi pilihan yang menarik untuk dipertimbangkan investor di tengah sentimen positif ini.
Di Indonesia, sinyal ini berarti instrumen surat berharga negara (SBN) akan menjadi makin menarik. Sejalan dengan itu, surat utang korporasi juga dapat ketiban untung. Setidaknya, kondisi ekonomi dapat diharapkan lebih stabil pula, sehingga risiko gagal bayar korporasi lebih rendah.
Pasar SBN cenderung tetap diminati oleh investor asing maupun domestik. Hal ini lantaran Bank Indonesia (BI) yang berpotensi menahan suku bunga sejalan dengan ekspektasi inflasi yang menurun.
2. Alasan Telkom (TLKM) Bertahan Di GOTO Meski Terus Merugi
Investasi TLKM di GOTO dilakukan melalui Telkomsel. Kerugian senilai Rp6,74 triliun tersebut tercatat sebagai kerugian yang belum direalisasi dari perubahan nilai wajar atas investasi dalam laporan laba rugi konsolidasian untuk periode akhir tahun 2022.
Di pos ini, secara total TLKM membukukan kerugian senilai Rp6,44 triliun. Capaian ini justru berbalik dari tahun sebelumnya, yang mana TLKM membukukan keuntungan sebesar Rp3,43 triliun. Akibat dari kerugian itu, laba usaha TLKM ikut tertekan dari Rp47,56 trilin ke level Rp39,58 triliun.
SVP Corporate Communication & Investor Relation Telkom, Ahmad Reza, menjelaskan bahwa investasi yang dijalankan Telkom Group melalui Telkom sejak awal lebih berfokus pada pengembangan bisnis jangka panjang dan potensi sinergi nilai. Artinya, investasi tidak semata-mata dilandasi pada potensi capital gain.
3. AS Bakal Hindari Perdagangan Bebas
Pemerintah Amerika Serikat mulai meninggalkan pendekatan perjanjian dagang tradisional karena dinilai telah memicu deindustrialisasi negara itu dan sebagai bagian dari strategi untuk mengalahkan pengaruh China.
Hal itu terlihat dari pernyataan Perwakilan Dagang AS Katherine Tai di depan DPR pada Jumat (24/3/2023). Menurutnya, perjanjian tradisional seperti perjanjian perdagangan bebas atau free trade agreement (FTA) telah memicu melemahkan perekonomian AS.
Sepanjang Presiden Joe Biden menjabat sejak 2021, belum ada perjanjian FTA lain yang diteken.Alih-alih FTA, administrasi Biden lebih memilih untuk memajukan perjanjian inisiatif yang berfokus pada rantai pasok dan lingkungan, seperti Indo-Pacific Economic Framework, termasuk dengan Indonesia, dan juga Americas Partnership for Economic Prosperity.
4. Pamor Minyak Sawit di Tengah Pasokan Ketat Bahan Baku Biofuel
Makin tingginya permintaan dunia terhadap bahan bakar nabati (biofuel) dalam upaya beralih dari bahan bakar fosil dan mengurangi emisi karbon, berpotensi mendorong terjadinya kelangkaan minyak nabati sebagai sumber makanan.
Kondisi ini menciptakan peluang baru bagi biofuel berbasis minyak kelapa sawit, bahan alami kontroversial yang ditemukan hampir dalam semua produk pangan. Setidaknya, pamor redup minyak sawit yang selama ini diterpa sejumlah isu negatif akan lebih diuntungkan.
James Fry, Ketua Perusahaan Konsultan Pertanian yang berbasis di Oxford LMC International Ltd., mengungkapkan bahwa dengan minyak sayur dan minyak nabati saingan yang makin banyak digunakan dalam biofuel, beberapa permintaan akan meluas ke kelapa sawit.
5. Menanti Kans Produk Asuransi Unit Link Usai POJK Anyar
Unit link atau asuransi yang berkaitan dengan investasi (Paydi) mengalami pengetatan setelah banyaknya kasus aduan menyoal produk itu. Meskipun mengalami penurunan pendapatan premi produk tersebut berpeluang bangkit.
Sejumlah perusahaan asuransi jiwa di Tanah Air telah menyiapkan strategi untuk menyambut penyesuaian aturan yang termaktub dalam SE OJK No. 5/2022 tentang Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi (PAYDI) pada 14 Maret 2023.
Melalui aturan itu, otoritas mendorong perusahaan asuransi sebagai pemasar produk unit-link di Indonesia untuk melakukan langkah peningkatan pelayanan. Dengan demikian, diharapkan kepentingan konsumen menjadi lebih terlindungi.