Bisnis.com, JAKARTA –Melihat potensi bisnis dari sektor energi baru terbarukan yang kuat, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) siap menangkap momentum pengembangan proyek yang didukung kinerja solid dan sumber daya melimpah.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, potensi panas bumi di Tanah Air mencapai 23,7 GW. Dengan kapasitas pembangkit listrik panas bumi (PLTP) sebesar 2.276 MW, pemanfaatan panas bumi di Indonesia juga menempati posisi kedua setelah Amerika Serikat (AS).
Corporate Secretary PGEO Muhammad Baron mengatakan perseroan mampu menangkap potensi tersebut, terlebih setelah keputusan perusahaan melantai di bursa saham alias initial public offering (IPO), yang berhasil meraup dana jumbo sekitar Rp9 triliun pada Februari 2023.
Baron menjelaskan, sebagai salah satu pengembang energi panas bumi terbesar di dunia, PGEO telah memiliki pengalaman puluhan tahun berambisi untuk meningkatkan kapasitas listrik sebanyak 600 MW dalam lima tahun ke depan.
Dana yang diperoleh dari IPO dialokasikan untuk pengembangan usaha sebesar 85 persen dan sekitar 15 persen akan digunakan untuk pembayaran sebagian utang. Oleh karena itu, fundamental keuangan perusahaan kuat untuk menjalankan proyek pengembangan listrik EBT.
"Pendanaan dari pasar modal melalui IPO diharapkan dapat mendukung percepatan pengembangan kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi," kata Baron dalam keterangan pers, dikutip Rabu (22/3/2023).
Baca Juga
Salah satu yang telah dilakukan adalah rencana penambahan kapasitas terpasang panas bumi sebesar 55 MW di salah satu area operasi PGEO di Lumut Balai, Sumatera Selatan, yang ditarget dapat selesai pada 2024.
Adapun, per September 2022, PGEO memiliki nilai kas dan setara kas sebesar US$230 juta yang bertambah sekitar US$105 juta dari saldo kas per 31 Desember 2021. Hal ini menunjukkan PGEO mampu mengelola kas dengan baik, yang utamanya didapat dari penjualan uap dan listrik ke PLN.
“Kontrak penjualan uap dan listrik PGEO merupakan kontrak yang bersifat jangka panjang dan selalu terbayarkan secara tepat waktu. Dengan tambahan dana segar IPO, PGEO masih memiliki arus kas yang cukup kuat dan mampu mengatasi kewajiban bayar utang secara tepat waktu," ujar Baron.
Menanggapi IPO PGEO, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno juga optimistis unit usaha PT Pertamina ini bisa besar di industri panas bumi.
"Saya kira prospek bisnis yang dimiliki PGE cukup baik meskipun high risk dan high capital, tapi prospek bisnis EBT ke depan tinggi dan minat investor tinggi. Jadi prospeknya cerah ke depan," katanya.
Dengan dana IPO, imbuh Eddy, sebagian besar modal awal proyek bisa dilaksanakan. Tinggal melihat PGEO dan mitra bisa menjalankannya, baik mitra dari nasional atau swasta asing.
Eddy juga mengakui, proyek PLTP yang digarap PGEO butuh modal besar. Total investasi yang disiapkan perusahaan sebesar US$1,6 miliar dalam lima tahun ke depan atau hingga 2027. Nilai ini setara Rp24,2 triliun (kurs Rp15.133 per dolar AS).
“Melihat tingginya minat EBT, saya kira PGEO tidak akan kesulitan mendapat mitra, sehingga bank akan tertarik membiayai proyek PGEO ke depannya," ujar Eddy.