Bisnis.com, JAKARTA — Upaya sejumlah otoritas untuk mengatasi krisis perbankan membuat para investor kembali melirik aset berisiko jelang keputusan The Federal Reserve terkait suku bunga.
Dilansir dari Bloomberg Rabu (22/3/2023), harga minyak naik dua hari sejalan dengan adanya jaminan dari para pemangku kepentingan untuk bekerja menangani krisis perbankan.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan mendekati level US$69 per barel setelah naik hampir 4 persen dalam dua sesi sebelumnya.
Kenaikan minyak bersamaan dengan langkah pemerintah Amerika Serikat (AS) yang tengah mengkaji kemungkinan memperluas sementara perlindungan untuk semua simpanan.
Di sisi lain, para pelaku pasar juga memperkirakan kemungkinan 80 persen The Fed akan mengerek suku bunga seperempat poin pada Rabu (22/3/2023) waktu setempat.
Bloomberg melaporkan gejolak perbankan telah menghempaskan harga minyak ke level terendah dalam 15 bulan pekan lalu. Kondisi itu juga berdampak kepada aset-aset berisiko lainnya.
Baca Juga
Kendati demikian, sejumlah pengamat pasar tetap bullish lantaran sinyal kebangkitan China dari pembatasan Covid-19. Optimisme itu membuat harga minyak diperkirakan berada di kisaran US$80 per barel hingga US$140 per barel pada pada semester II/2023.
Sementara itu, Rusia telah memutuskan untuk mempertahankan pengurangan produksi minyak hingga Juni. Mereka berkomitmen untuk memangkas 500.000 barel per hari pada Maret 2023.