Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News BisnisIndonesia.id: Memori Krisis 2008 hingga Berburu Investasi Hijau

Berita tentang efek berantai dari krisis kegagalan Silicon Valley Bank dan Credit Suisse menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id.
Ilustrasi top 5. Sumber: Canva
Ilustrasi top 5. Sumber: Canva

Bisnis, JAKARTA — Efek krisis perbankan di Amerika Serikat dan Eropa mungkin belum akan sehebat dibandingkan dengan krisis 2008, meski masih ada efek berantai yang akan dirasakan oleh perekonomian di dua kawasan.

Berita tentang efek berantai dari krisis kegagalan Silicon Valley Bank dan Credit Suisse menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, sejumlah berita menarik lainnya turut tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.

Berikut ini highlight Bisnisindonesia.id, Senin (20/3/2023):

1. Memori Krisis 2008 dan Efek Berantai SVB & Credit Suisse

Para analis meyakini kolapsnya sejumlah bank di AS dan Eropa bukanlah krisis keuangan global jilid dua. Perbedaan penyebab keruntuhan lembaga keuangan dan kecepatan dari pemerintah dalam menangani krisis kali ini sangat berbeda dengan yang terjadi pada 2008.

Ahli strategi ekonomi global Rabobank, Michael Every mengungkapkan optimismenya. "Ini bukanlah pengulangan dari kejadian 2008 karena satu alasan yang pasti, bahwa bank-bank ini umumnya memiliki modal yang jauh lebih baik. Dan mereka punya masalah yang berbeda dari segi kualitas kredit," ungkapnya, dikutip ABC News pada Jumat (17/3/2023).

Sementara itu, Kepala ekonom Capital Economics Eropa Andrew Kenningham mengatakan kabar buruk dari Credit Suisse yang tersebar tepat setelah kebangkrutan SVB memberikan gambaran seolah terjadi penularan.

"Bukan karena ada hubungan dengan Credit Suisse, tetapi karena sentimen investor yang berubah dan orang-orang lebih hati-hati mengawasi bank lain dan Credit Suisse dipandang sebagai mata rantai terlemah," katanya dikutip Deutsche Welle (DW) di Jerman pada Rabu.

 

2. Langkah Tepat Normalisasi Bertahap Bursa Efek

Keputusan Bursa Efek Indonesia untuk menormalisasi jam perdagangan pasar modal tetapi tanpa mengembalikan sistem auto rejection simetris menjadi langkah tepat yang berpotensi makin meningkatkan transaksi pasar.

Sejak awal pandemi, otoritas pasar modal telah melakukan beberapa penyesuaian penting dalam sistem transaksi di pasar modal. Salah satu yang paling penting yakni pemendekan jam perdagangan pasar modal serta perubahan auto rejection dari simetris menjadi asimetris.

Ini bertujuan untuk meminimalisasi ruang gerak transaksi pasar yang berpotensi makin memperlemah pasar modal di saat kondisi pandemi sedang parah-parahnya. Auto rejection asimetris hanya mengizinkan saham turun maksimal 7 persen, sedangkan naik tetap bisa hingga 35 persen dalam sehari.

Pada awal bulan ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengabarkan bahwa beleid tersebut tidak akan lagi diperpanjang. BEI pun akhirnya telah merilis ketentuan pelaksana yang mengatur kembalinya jam perdagangan bursa seperti kondisi sebelum pandemi. Namun, yang menarik, auto rejection masih tetap diberlakukan asimetris.

 

3. Indeks Transportasi & Logistik Terangkat Pesona TMAS dan BIRD

Indeks IDX Sector Transportation & Logistic tumbuh dengan sangat tinggi pada awal tahun ini, berbeda dibanding tren kinerja pasar yang justru lesu. Sentimen positif di sektor ini memang cukup banyak pada awal tahun ini, terutama bagi TMAS dan BIRD.

Berakhirnya periode pembatasan mobilitas akibat pandemi, peningkatan kinerja keuangan emiten, hingga insentif mobil listrik menjadi angin segar bagi sektor transportasi dan logistik. Alhasil, indeks sektor ini masih sukses menghijau di saat IHSG merah membara.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, IDX Sector Transportation & Logistic tercatat masih tumbuh 4,97 persen year-to-date (YtD) hingga akhir pekan lalu, Jumat (13/3/2023). Kinerja indeks ini bertolak belakang dengan mayoritas pasar yang tecermin dari IHSG yang turun 2,52 persen YtD.


 

4. Persaingan INTP vs SMGR di Pasar Semen 2023

Industri semen Tanah Air tahun ini masih bakal menghadapi tantangan yang tak ringan, setelah selama periode berat pandemi sektor ini cukup terpukul. Dalam kondisi ini, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) dan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) berlomba dengan strateginya masing-masing dalam memacu kinerja.

Industri semen bukannya tanpa peluang tahun ini. Seiring dengan meredanya pandemi, aktivitas konstruksi pun meningkat kembali, termasuk untuk proyek-proyek infrastruktur. Proyek Ibu Kota Negara (IKN) menjadi salah satu proyek masif yang menjadi peluang bagi sektor ini.

Harga batu bara yang menurun juga berpotensi meringankan beban produksi emiten semen. Namun, masih ada lagi sejumlah tantangan baru yang bakal menjadi penghambat laju kinerja sektor ini, yakni terutama ancaman resesi dengan kenaikan harga BBM.


 

5. Menebar Jala dan Berburu Investasi Hijau

Makin kuatnya komitmen pemerintah untuk mendorong percepatan sejumlah proyek energi baru terbarukan (EBT) di Tanah Air dalam upaya mengurangi emisi karbon, memantik pemerintah untuk kian gencar berburu investasi.

Sejumlah strategi untuk mengakselerasi transisi energi dilakukan, termasuk dengan mempromosikan potensi kerja sama bilateral di bidang energi bersih dengan negara lain.

Dalam berbagai kesempatan, Presiden Joko Widodo bahkan kerap menyuarakan pentingnya mempercepat transisi energi hijau sekaligus meminta dukungan dunia untuk mengembangkan ekosistem energi bersih di Indonesia.

Terbaru, Indonesia dan Singapuran telah mencapai kesepakatan untuk meningkatkan kerja sama EBT, termasuk di dalamnya peningkatan investasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper