Bisnis.com, JAKARTA – Investor disebut-sebut memilih untuk ‘lari’ ke surat utang negara-negara berkembang yang memiliki predikat investment grade pasca-runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB) akhir pekan lalu.
Analis menyebut hal ini karena semakin besar kemungkinan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve alias The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneter. Alhasil, pasar berekspektasi kenaikan suku Bungan The Fed tidak akan lebih dari 25 basis poin pada Maret ini.
Investment Specialist Sucor Asset Management Toufan Yamin mengatakan investor cenderung lari ke surat utang jangka pendek. Hal ini kata dia tercermin dari reli harga surat utang bertenor pendek. Apalagi, kata dia, ada sentimen pelonggaran kebijakan moneter.
Diketahui, berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR) per 13 Maret 2023, terdapat net buy SBN sebesar Rp650 miliar oleh asing sejak kolapsnya SVB.
Tercatat juga dari data lelang surat utang negara (SUN) pada 14 Maret 2023 lalu, Incoming bids investor asing meningkat hampir 2 kali lipat menjadi Rp13,03 triliun dari Rp6,79 triliun pada lelang sebelumnya. Jumlah incoming bids dari investor asing tersebut mayoritas pada seri SUN tenor 5 dan 10 tahun yaitu Rp10,3 triliun atau 79,0 persen dari total incoming bids investor asing.
“Tentunya pasar obligasi malah menguat, mungkin jangka pendek dan menengah akan dirasakan ke obligasi negara dulu mungkin yang tenor pendek di bawah tiga tahun, karena saat inflasi memanas kan obligasi yang koreksi duluan, nah sekarang mereka balik reli duluan,” kata Toufan kepada Bisnis, Rabu (15/3/2023).
Baca Juga
Menurut dia obligasi Indonesia cenderung lebih menarik dibanding dengan negara-negara sebanding. Hal ini karena tingkat inflasi RI relatif lebih rendah dengan negara sejenis. Misalnya, kata Toufan, dibandingkan dengan India yang berada di rentang 6-7 persen, tingkat inflasi RI hanya berkisar di 5 persen.
“Dengan kondisi yield 6,9 persen kemarin dengan inflasi 5 persen kita itu masih bersih 2 persen. Di Amerika masih negative, India contoh yang dekat sama kita tapi inflasi mereka 6 sampai 7 persen. Invest di obligasi negara mereka kemakan inflasi, kita masih bersih lah di 2 persenan,” kata dia.