Bisnis.com, JAKARTA — Emiten ritel gawai dan produk elektronik PT Erajaya Swasembada Tbk. (ERAA) bersiap menangkap peluang kenaikan belanja masyarakat saat momen Ramadan dan Lebaran. ERAA telah melanjutkan aksi ekspansi gerai di berbagai lini bisnis ritel mereka.
Head of Corporate Communications Erajaya Group Djunadi Satrio mengatakan masa sebelum Lebaran umumnya diwarnai dengan aksi belanja pada produk konsumtif, tak hanya smartphone, tetapi juga produk ritel secara umum.
“Pembagian THR juga membantu memberi stimulasi ekonomi dan bisnis ritel. Retailer biasanya hadir dengan penawaran spesial, dan konsumen memanfaatkan momen ini untuk mendapatkan deal terbaik, untuk membeli produk terbaru untuk hadiah,” kata Djunadi kepada Bisnis, dikutip Minggu (12/3/2023).
Meski tidak memerinci berapa total gerai yang telah dibuka Erajaya menjelang Lebaran, Djunadi mengatakan ekspansi terus berlanjut, tak hanya untuk merek Erafone dan iBox, tetapi juga brand-brand lain di bawah Erajaya Group.
“Kami juga ekspansi dari vertical business lainnya seperti Erablue, Urban Republic, JD Sports, ASICS, Apotek Wellings, Paris Baguette, GrandLucky dan lainnya. Tentu saja secara paralel juga mengeksplorasi potensi dari ekspansi bisnis dari yang sudah ada,” tambah Djunadi.
Manajemen ERAA sebelumnya mengungkapkan target penambahan gerai pada 2023 mencapai 600 unit. Target ekspansi ini bertambah dibandingkan dengan tahun lalu sebanyak 500 toko. Ekspansi ERAA akan diarahkan ke kota lapis 2 dan lapis 3, seiring dengan diversifikasi bisnis Erajaya yang juga menyasar produk gaya hidup, makanan, dan kesehatan.
“Salah satu pertimbangan kami terus membuka toko baru adalah pendekatan customer centric yang kami anut, dan bagaimana kami memastikan customer journey pelanggan kami tetap positif dalam payung konsep omnichannel,” katanya Djunadi belum lama ini.
Dia juga menyebutkan adanya peningkatan minat investor dan mitra lokal untuk membuka Erafone Cloud Retail Partner, konsep toko kemitraan dari ritel Erafone. Erajaya meyakini ekspansi ini akan diiringi dengan pertumbuhan kinerja meskipun dia tidak memperinci target kenaikan penjualan total pada 2023.
Pasar ponsel, kontributor utama penjualan ERAA, diperkirakan akan tumbuh tahun ini. Djunadi mengatakan fundamental ekonomi yang kuat dan kepercayaan konsumen yang baik bisa mengimbangi risiko tingkat inflasi yang masih tinggi.
“Permintaan terhadap smartphone sendiri kami yakini akan tetap terjaga. Studi Millward Brown AdReaction menemukan netizen Indonesia adalah netizen yang paling banyak menggunakan smartphone di dunia, rata-rata menggunakan smartphone 181 menit atau lebih dari 3 jam per hari,” kata dia.
ERAA membukukan penjualan bersih sebesar Rp34,94 triliun per September 2022. Angka tersebut tumbuh 12,05 persen secara tahunan dibandingkan dengan Rp31,18 triliun di periode yang sama pada 2021.
Mayoritas penjualan disumbang oleh segmen telepon seluler (ponsel) dan tablet yang mencapai Rp27,39 triliun atau naik 10,58 persen yoy dari sebelumnya Rp24,77 triliun. Di sisi lain, penjualan produk operator justru turun 22,81 persen yoy menjadi Rp2,06 triliun, tetapi penjualan aksesori dan lainnya naik 69,50 persen yoy.
Seiring dengan pertumbuhan penjualan, beban pokok penjualan juga naik. Hingga akhir kuartal III/2022, beban pokok penjualan Erajaya mencapai Rp31,38 triliun atau naik 11,45 persen yoy dibandingkan dengan Rp28,15 triliun di periode yang sama tahun lalu.
Beban pokok penjualan ERAA terutama berasal dari pembelian ponsel dan tablet dari pemasok. Pembelian Erajaya dari Apple South Asia Pte. Ltd. Singapura menjadi yang terbesar dengan jumlah Rp6,97 triliun atau naik 3,47 persen yoy.
Sementara itu, pembelian dari PT Samsung Electronics Indonesia tercatat turun dari Rp5,96 triliun menjadi Rp5,46 triliun. Pembelian dari PT Xiaomi Technology Indonesia juga turun menjadi hanya Rp2,65 triliun dibandingkan dengan Januari—September 2021 sebesar Rp4,83 triliun.
Dengan kenaikan beban pokok penjualan di atas, laba bersih Erajaya per September tercatat turun 5,41 persen yoy, dari Rp719,20 miliar menjadi Rp680,28 miliar.
Adapun arus kas bersih yang digunakan untuk investasi ERAA memperlihatkan kenaikan sebesar 54,20 persen yoy, dari Rp780,62 miliar menjadi Rp1,20 triliun sepanjang Januari—September 2021. Kenaikan investasi disebabkan oleh bertambahnya penambahan sewa, pembelian aset tetap, dan penambahan investasi pada entitas asosiasi.