Bisnis.com, JAKARTA — PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk. (GOOD) berencana untuk membangun fasilitas produksi baru dengan nilai investasi Rp70 miliar untuk menambah daftar produk makanan ringan yang dimilikinya.
Rencananya, investasi senilai Rp70 miliar, yang akan diambil dari kas perseroan itu, akan digunakan untuk membeli mesin produksi inline dengan kapasitas 300 kg per jam dan bangunan instalasi di pabrik produksi di Kabupaten Pati.
Garudafood, emiten berkode saham GOOD milik konglomerat Sudhamek Agoeng Waspodo Soenjoto dengan penjualan sebesar Rp10,51 triliun dan laba bersih Rp425,2 miliar sepanjang 2022, berharap penambahan kegiatan usaha tersebut dapat mengerek pendapatan dan laba perseroan.
“Untuk itu, perseroan bermaksud untuk meminta persetujuan pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham tahunan [RUPST) terkait dengan penambahan kegiatan usaha yang dijadwalkan pada 14 April 2023,” ungkap Hardianto Atmadja, Direktur Utama Garudafood, dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Rabu (8/3/2023).
Adapun, produk baru yang akan dikembangkan Garudafood yaitu makanan ringan jenis chips atau keripik, yang masuk dalam kategori industri pengeringan buah-buahan dan sayuran.
Berdasarkan rencana penambahan kegiatan usaha yang disampaikan ke BEI, Garudafood bakal memproduksi makanan ringan keripik dari kentang dan ubi dengan merek Garuda Chipz.
Sebagai catatan, merek Garuda adalah lini pertama dan unggulan berbasis kacang dari Garudafood, yang dibesarkan oleh Sudhamek Agoeng Waspodo Soenjoto atau Sudhamek AWS, orang terkaya ke-46 di Indonesia versi Forbes dengan total kekayaan US$1 miliar.
Selain Garuda, Garudafood juga memiliki merek unggulan lainnya, seperti Gery, Leo, Chocolatos, dan Clevo.
Jenis dan Merek Produk Baru yang Akan Digarap Garudafood
Keripik kentang dan ubi bermerek Garuda Chipz itu rencananya akan dipasarkan dalam dua ukuran, yaitu 12 gram untuk pasar tradisional dan 55 gram untuk modern market.
Garudafood juga telah menunjuk Kantor Jasa Penilai Publik KJPP Ferdinand, Danar, Ichsan dan Rekan untuk melakukan studi kelayakan atas penambahan kegiatan usaha emiten milik Sudhamek tersebut.
Pada penutupan perdagangan, Rabu (8/3/2023), saham GOOD ditutup stagnan di level Rp476 per lembar. Secara year to date, saham GOOD terpantau melemah 9,33 persen dan sepanjang 1 tahun terakhir turun 5,74 persen.
Pada 2022, Garudafood membukukan penjualan Rp10,51 triliun, naik 19,44 persen dibandingkan dengan Rp8,79 triliun pada 2021.
Pertumbuhan penjualan Garudafood ditopang oleh segmen makanan dalam kemasan yang tumbuh 22,11 persen secara year on year (YoY), dari Rp7,63 triliun pada 2021 menjadi Rp9,32 triliun pada 2022. Sementara itu, segmen minuman mengalami pertumbuhan sebesar 1,94 persen.
Seiring dengan naiknya penjualan, beban pokok penjualan Garudafood memperlihatkan kenaikan sebesar 23,10 persen menjadi Rp7,85 triliun, dari sebelumnya Rp6,37 triliun.
Salah satu pos yang mendorong kenaikan beban pokok penjualan adalah beban bahan baku yang melesat 31,03 persen secara tahunan menjadi Rp5,23 triliun pada 2022, sementara pada 2021 sebesar Rp3,99 triliun.
Sementara itu, laba GOOD yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik tipis 0,08 persen menjadi Rp425,20 miliar, dari sebelumnya Rp424,82 miliar pada 2021.
Adapun total liabilitas GOOD sampai akhir 2022 berada di Rp3,97 triliun dan cenderung stabil daripada posisi 31 Desember 2021 di Rp3,72 triliun. Sementara itu, total ekuitas per 31 Desember 2022 berjumlah Rp3,35 triliun, naik dari posisi akhir 2021 Rp3,04 triliun.
Perusahaan makanan global asal Amerika Serikat Hormel Foods Corporation, pada Desember tahun lalu, juga resmi menjadi investor anyar Garudafood setelah melakukan akuisisi dari sejumlah investor.
Total saham yang diakuisisi HFIC mencapai 10.768.830.564 (10,76 miliar) lembar saham dan merupakan 29,18 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor Perseroan. Saham dibeli di harga Rp580 per saham sehingga total transaksi mencapai Rp6,24 triliun.