Bisnis.com, JAKARTA - Emiten menara telekomunikasi PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel mencatatkan pertumbuhan laba 29,25 persen berkat aksi akuisisi 6.000 menara milik Telkomsel.
Direktur Utama MTEL Theodorus Ardi Hartoko mengatakan pendapatan ditopang oleh pertumbuhan sewa menara baru atau built to suit dan kolokasi. Selain itu, kinerja keuangan juga didorong oleh adanya akuisisi 6.000 menara milik Telkomsel dengan nilai Rp10,28 triliun pada Juli 2022.
“Pendapatan sewa menara ini merupakan pertumbuhan yang berkelanjutan didorong oleh menara baru [built to suit] dan kolokasi, termasuk dari hasil akuisisi menara telekomunikasi Telkomsel di Juli 2022,” ujar Theodorus dalam keterangan tertulis, Selasa (7/3/2023).
Dia menyebut MTEL telah menambah 7.212 menara baru dan 9.412 penambahan jumlah penyewa menara sepanjang 2022. Adapun sebanyak 6.000 menara datang dari proses akuisisi menara Telkomsel. MTEL juga mengembangan jaringan serat optik atau fiber optic sebagai bagian dari ekosistem menara telekomunikasi. MTEL memiliki serat optik sepanjang 16.641 kilometer yang 6.012 diantaranya merupakan hasil akuisisi.
“Strategi organik dan aksi korporasi di tahun 2022 ini yang menjadi kontributor utama dalam pertumbuhan kinerja perusahaan,” tuturnya.
Dia menyebut MTEL optimistis mencatatkan pertumbuhan di atas rata-rata industri pada 2023. Hal ini didukung dengan adanya pertumbuhan organik seperti peningkatan kolokasi, dan aksi inorganik. Adapun MTEL akan fokus untuk memberikan layanan fiber to the tower dan energy as a service pada 2023. MTEL juga akan lebih agresif untuk memonetisasi aset menara yang berjumlah lebih dari 35.400 di seluruh Indonesia.
Baca Juga
”Kami meyakini kinerja perseroan di tahun 2023 ini akan terus bertumbuh dengan fokus pada monetisasi aset, efisiensi biaya, dan akan semakin memperkuat kepemimpinan Mitratel di industri menara,” katanya.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2022, MTEL mencatatkan pendapatan sebesar Rp7,72 triliun. Angka tersebut naik 12,5 persen dari Rp6,86 triliun pada 2021. Pendapatan MTEL terdiri dari sewa menara telekomunikasi, jasa konstruksi, jasa dan sewa listrik, serta jasa dan perencanaan pendirian menara telekomunikasi. Selain itu, akuisisi menara
Secara rinci, pendapatan dari sewa menara telekomunikasi meningkat 15,86 persen menjadi Rp7,04 triliun, serta jasa konstruksi turun 12,83 persen menjadi Rp666,77 miliar. Selanjutnya, jasa dan sewa listrik turun 30,65 persen menjadi Rp18,26 miliar, serta jasa dan perencanaan pendirian menara telekomunikasi naik 615 persen menjadi Rp600,6 miliar.
MTEL mencatatkan adanya peningkatan beban pokok pendapatan dari Rp3,65 triliun menjadi Rp4,07 triliun sepanjang 2022. Laba kotor MTEL meningkat 13,53 persen menjadi Rp3,65 triliun. Setelah dikurangi berbagai beban yang dapat diefisienkan, MTEL mencatatkan laba tahun berjalan sebesar Rp1,78 triliun sepanjang 2022. Angka tersebut meningkat 29,25 persen dari Rp1,38 triliun pada 2021.
Sementara itu, jumlah aset MTEL menurun 2,86 persen dari Rp57,72 triliun di akhir tahun 2021 menjadi Rp56,07 triliun pada akhir 2022. Di sisi lain, jumlah liabilitas menurun 7,55 persen dari Rp24,08 triliun pada 31 Desember 2021 menjadi Rp22,26 triliun pada 31 Desember 2022.
Kemudian untuk kas dan setara kas akhir tahun terjadi penurunan hingga 66,87 persen dari Rp19,13 triliun menjadi Rp6,33 triliun.