Bisnis.com, JAKARTA — Low Tuck Kwong, Konglomerat batu bara, kembali memborong saham PT Bayan Resources Tbk. (BYAN). Kali ini, salah satu orang terkaya di Indonesia versi Forbes ini merogoh kocek hingga Rp10,35 miliar.
Berdasarkan keterbukaan informasi pada laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (1/3/2023), raja batu bara tersebut membeli 559.500 saham BYAN dengan harga rata-rata Rp18.507,51. Dengan demikian Low Tuck Kwong menggelontorkan dana sebesar Rp10,35 miliar untuk menambah kepemilikan sahamnya di BYAN.
Melalui transaksi tersebut, kepemilikan Low Tuck Kwong menjadi 20,32 miliar lembar saham atau persisnya 20.323.877.570 lembar saham atau setara 60,97 persen. Adapun transaksi tersebut dilakukan dengan tujuan investasi dan berlangsung pada 22-27 Februari 2023.
Beberapa waktu terakhir, Low Tuck Kwong memang getol membeli saham BYAN. Sepanjang 2023 saja, setidaknya tercatat ada lima kali pembelian (termasuk yang terakhir) dengan total pembelian Rp129,27 miliar.
Pada periode 2–6 Januari 2023, Low Tuck Kwong tercatat memborong 1,74 juta saham BYAN dengan harga Rp20.802 per saham atau senilai Rp36,25 miliar.
Selanjutnya, pada 16-20 Januari 2023, Low Tuck Kwong kembali menambah muatan sebanyak 2,37 juta saham BYAN senilai Rp47,5 miliar pada harga Rp20.033,30 per saham.
Berikutnya, pada 30–31 Januari 2023 dan 1-3 Februari 2023, Low Tuck Kwong juga memborong saham BYAN senilai Rp21,24 miliar.
Lalu, pada 13-17 Februari, Low Tuck Kwong kembali memborong saham BYAN sebanyak 742.200 saham dengan harga rata-rata Rp18.763,31 per saham. Dengan demikian Low Tuck Kwong menggelontorkan dana sebesar Rp13,93 miliar.
Pada penutupan perdagangan Rabu (1/3/2023), saham BYAN terkoreksi 2,34 persen atau 450 poin ke level 18.705. Saham BYAN sudah terkoreksi 10,71 persen sepanjang 2023, di tengah tren pelemahan harga batu bara. Meski demikian, dalam 1 tahun terakhir, saham BYAN sudah menghijau 408,13 persen.
Adapun, price earning ratio (PER) BYAN berada di posisi 18,89 kali. Sementara price to book value (PBV) BYAN berada di posisi 17,52 kali.
Low Tuck Kwong, Terkaya di Indonesia dan 53 di dunia
Saat ini Low Tuck Kwong masih menjadi pemegang saham mayoritas emiten berkode saham BYAN dengan 20,32 miliar saham atau setara 60,96 persen. Kemudian investor ritel tercatat memegang 9,67 miliar (9.679.422.830) saham atau setara 29,04 persen, disusul PT Sumber Suryadana Prima sebanyak 3,33 miliar saham atau 10 persen.
Total jumlah saham BYAN yang tersebar saat ini mencapai 33,33 miliar (33.333.335.000).
Low Tuck Kwong tercatat sebagai orang terkaya di Indonesia. Berdasarkan data Forbes Real Time Billionaires, per Rabu (1/3/2023), Kekayaan raja batu bara Indonesia itu turun US$301 juta atau 1,15 persen menjadi US$26 miliar. Padahal, pada 7 Desember 2022, Forbes mencatat kekayaan Dato Low Tuck Kwong ‘hanya’ sebesar US$12,1 miliar.
Sebagai orang terkaya di Indonesia nomor wahid saat ini, Low Tuck Kwong tak hanya mendapat pundi-pundi cuan dari sektor batu bara, tapi juga dari kontribusinya di perusahaan energi terbarukan di Singapura Metis Energy dan perusahaan sistem kabel bawah laut SEAX Global.
Adapun, dalam daftar orang kaya Forbes, duo Bos Djarum, Budi Hartono dan Michael Hartono, keduanya memiliki kekayaan total sebesar US$47,7 miliar per 7 Desember 2022.
Harga Batu Bara Sudah Turun 40 Persen Sejak Awal 2023
Pada perdagangan Rabu (1/3/2023), harga batu bara kontrak April di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 194,1 per ton. Secara year to date, harga batu bara sudah turun 40% dari harga akhir Desember 2022 sebesar US$323,60 per ton.
Sementara itu, harga batu bara acuan (HBA) Februari 2023 berada di angka US$ US$277,05 per ton atau turun 9,2 persen dari harga acuan bulan sebelumnya di level US$305,21 per ton.
Sementara berdasarkan data rekapitulasi Kementerian ESDM per 24 Februari 2023, harga jual batu bara dengan nilai kalori 3.400 kcal GAR (gross caloric value) berada di angka US$61,69 per ton, 4.200 GAR berada di level US$74,48 per ton, 4.700 GAR dijual dengan harga US$93,2 per ton, 5.500 GAR dibanderol di harga US$125,6 per ton dan 6.000 GAR berada di angka US$193,33 per ton.
Seperti diketahui, HBA diperoleh dari rata-rata Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal/kg GAR, Total Moisture 8 persen, Total Sulphur 0,8 persen, dan Ash 15 persen.
Adapun NEX dan GCNC adalah indeks yang digunakan untuk memperhitungkan harga batu bara asal Australia yang relatif lebih mahal dengan kalori tinggi. Sementara eksportir Indonesia mayoritas menggunakan ICI dan Platt’s untuk penjualan komoditas mereka dengan harga dan kalori yang lebih rendah.
Dengan demikian, terdapat selisih harga jual dari HBA sebagai patokan tarif royalti yang terpaut lebar yang mesti ditanggung pelaku usaha.