Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan menguji penguatan dalam jangka menengah karena terdorong sentimen pembagian dividen.
Head of Retail Research Sinarmas Sekuritas Ike Widiawati mengatakan penguatan IHSG ditopang laporan keuangan disebabkan oleh harapan investor bahwa pendapatan yang solid akan diikuti dengan pembagian dividen yang optimal. Meski demikian, pergerakan pasar saham saat ini masih dibayangi oleh arah kebijakan The Fed.
“Namun, beberapa saham perusahaan small cap tampaknya masih tetap eksis dan masih memiliki performance harga saham yang lebih baik dari indeks IDX Value 30 ataupun IHSG,” kata dia.
IHSG tercatat parkir di 6.856,58 pada penutupan perdagangan Jumat (24/2/2023). Posisi tersebut merefleksikan kenaikan 0,08 persen secara year to date (YtD) dari posisi penutupan akhir 2022 yakni 6.850,62. Sementara itu, IDX Value 30 justru terkoreksi 3,91 persen sepanjang 2023.
Sementara itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina memperkirakan tren kenaikan akan kembali terulang pada 2023. Meski demikian, kenaikan berisiko lebih terbatas karena sentimen ketidakpastian pada proyeksi perekonomian global.
“Jika melihat data 10 tahun terakhir, indeks cenderung bergerak menguat pada kuartal pertama yang bertepatan dengan rilis kinerja keuangan dan pengumuman dividen,” kata Martha, Sabtu (25/2/2023).
Baca Juga
Sebagai gambaran, IHSG tercatat menutup kuartal I/2022 di posisi 7.071,44 atau naik daripada kuartal IV/2021 di 6.581,48. Hal serupa juga terlihat pada kuartal I/2021 ketika IHSG menutup kuartal pertama di level 5.985,52 atau naik tipis daripada akhir 2020 atau tahun pertama pandemi di 5.979,07.
“Namun kenaikannya diperkirakan akan lebih terbatas dibandingkan dengan tahun lalu. Ketidakpastian akan outlook ekonomi global membuat para pelaku pasar menahan diri untuk mengambil posisi,” tambahnya.
Sejumlah emiten telah melaporkan kinerja 2022 dan mayoritas memperlihatkan pertumbuhan, terutama didorong oleh aktivitas ekonomi yang lebih longgar.
Martha mengestimasi emiten-emiten komoditas akan membukukan pertumbuhan kinerja 2022 yang signifikan. Sebab harga jual rata-rata pada tahun lalu cenderung lebih tinggi akibat konflik Rusia-Ukraina dan gangguan pasokan global. Dia melanjutkan, terdapat peluang saham-saham emiten tersebut ikut menguat sebagai respons atas kinerja yang positif.
“Untuk jangka pendek menengah ini, para pelaku pasar akan menunggu rilis laporan keuangan yang lebih banyak, sedikitnya dalam periode Februari—April,” kata dia.
Selanjutnya, investor akan menantikan musim pembagian dividen yang akan memasuki masa puncak pada Mei hingga Juni.
Terlepas dari sentimen positif tersebut, kebijakan suku bunga The Fed pada pertemuan 21—22 Maret 2022 dan data ekonomi lainnya bakal tetap menjadi penentu utama arah investasi para pemodal. Data-data tersebut akan memberi indikasi seberapa besar potensi perlambatan ekonomi pada 2023.