Bisnis.com, JAKARTA — PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) menyebut penurunan harga batu bara acuan (HBA) yang ditetapkan oleh Kementerian ESDM tidak berdampak langsung terhadap operasional perseroan. Hal ini karena INTP memakai acuan harga Domestik Market Obligation (DMO). Meski begitu penurunan HBA tersebut disambut baik oleh INTP karena bisa menjadi katalis positif bagi industri semen.
Direktur INTP Antonius Marcos mengatakan perseroan memakai batu bara dengan acuan harga DMO. Saat ini, harga jual batu bara dalam negeri untuk kelistrikan umum dipatok sebesar HBA US$70 per metrik ton, sementara untuk industri semen dan pupuk sebesar US$90 per metrik ton.
“Kami industri semen saat ini memakai batu bara dengan acuan harga DMO,” ujar Antonius kepada Bisnis, Kamis (16/2/2023).
Meski demikian, Antonius menyambut baik turunnya HBA yang ditetapkan oleh Kementerian ESDM. Hal ini akan menurunkan biaya produksi barang yang membutuhkan batu bara sebagai dampak lanjutannya.
Dia menyebut industri semen menjadi salah satu yang memperoleh dampak positif dari turunnya HBA. Adapun pasokan batu bara dari INTP tidak semua mengacu pada harga DMO sehingga turunnya HBA dapat menurunkan biaya produksi.
“Secara umum, turunnya HBA harga batubara ini adalah berdampak positif bagi industri semen dan kami sangat menghargai keputusan tersebut,” katanya.
Baca Juga
Berdasarkan data perseroan per September 2022, INTP mencatatkan penurunan penjualan semen sekitar 2,3 persen secara year-on-year (YoY). Sementara penjualan ekspor tercatat menurun 17,5 persen.
Selain itu, tingginya harga batu bara menjadi persoalan untuk biaya energi. Per September 2022. INTP mencatatkan 52 persen biaya energi dari total biaya manufaktur angka ini naik dari 45 persen secara YoY.
INTP menyediakan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp1,2 triliun di 2023. Angka tersebut tak berbeda jauh dari capex Rp1 triliun yang dianggarkan pada 2022.
Sebagian besar dana capex akan digunakan untuk pembayaran sewa pabrik semen di Maros. Kemudian belanja modal juga akan digunakan untuk penambahan fasilitas penerimaan refused derived fuel (RDF) di pabrik Citeureup.
Selain itu, dana capex juga akan digunakan untuk penambahan penyimpanan bahan bakar alternatif atau alternative fuel storage, dan pekerjaan untuk pengembangan beberapa fasilitas pabrik.