Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Berpotensi Melesat Pekan Ini Tersengat Data Inflasi AS.

IHSG disebut akan berbalik arah menguat pada pekan ini karena sejumlah sentimen penopangnya yakni neraca perdagangan, BI Rate dan inflasi AS.
Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu kantor perusahaan sekuritas di Jakarta, Kamis (12/1/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu kantor perusahaan sekuritas di Jakarta, Kamis (12/1/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) disebut akan berbalik arah menguat pada pekan ini karena sejumlah sentimen penopangnya yakni neraca perdagangan, BI Rate dan inflasi AS.

Equity Analyst Indo Premier Sekuritas Rifqi Satria Dinandra mengatakan penguatan market minggu ini karena sentimen neraca pendagangan dan BI Rate dan inflasi AS. Dia menjelaskan pada Desember lalu neraca perdagangan tercatat surplus US$3,89 miliar dan pada Januari konsensus memperkirakan akan kembali surplus US$3,26 miliar. 

“Sementara itu, BI rate yang pada Januari lalu sudah dinaikkan sebesar 25 bps menjadi 5,75 persen, pada pertemuan Februari ini konsensus memperkirakan BI akan menahan tingkat suku bunganya,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Bisnis, Senin (13/2/2023).  

Terkait sentimen positif inflasi AS yang akan diumumkan pada 14 Februari waktu AS, sejauh ini konsensus pasar terkait inflasi akan turun lagi ke 6,2 persen dari sebelumnya 6,5 persen.

“Inflasi AS menjadi salah satu data yang dinanti investor untuk memperkirakan arah kebijakan The Fed,” jelasnya. 

Sebelumnya IHSG mengalami penurunan sebesar 0,5 persen pada minggu lalu dengan penurunan terdalam di sektor teknologi sebesar 7,6 persen. 

“IHSG panas-dingin pada minggu lalu tertekan sektor teknologi dan properti atau real estate. Teknologi yang melemah ini terimbas bursa global yang sektor teknologinya juga melemah. Sektor properti dan real estate ada profit taking karena beberapa minggu lalu sempat menguat,” jelas Rifqi. 

Rifqi menjelaskan secara umum saham-saham minggu lalu tertopang rilis PDB Indonesia dan cadangan devisa. 

Pada kuartal IV 2022, PDB Indonesia tumbuh 5,01 persen year on year dengan pertumbuhan tertinggi sektor transportasi dan pergudangan, akomodasi dan makanan-minuman yang didorong oleh peningkatan mobilitas masyarakat dan kunjungan wisatawan mancanegara.

"Secara tahunan PDB Indonesia tumbuh 5,31 persen yang tertopang pengeluaran dan konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,93 persen dan menjadi sumber pertumbuhan terbesar 2,61 persen,” lanjutnya. 

Sementara itu, industri pengolahan juga tumbuh 4,89 persen yoy sehingga menjadi sumber pertumbuhan terbesar berdasarkan lapangan usahanya. 

Selanjutnya sentimen positif pekan lalu yakni cadangan devisa Januari sebesar US$139,4 miliar yang naik dari sebelumnya di Desember US$137,2 miliar. Peningkatan ini disebabkan oleh penerbitan global bonds pemerintah serta penerimaan pajak dan jasa. Cadangan devisa setara dengan 6,1 bulan impor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper