Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News BisnisIndonesia.id: Berkah IPO MBM hingga Ceruk PLN di Tanzania

Grup Saratoga akan kembali mengantarkan emiten baru ke lantai bursa pada awal tahun ini. Kali ini, giliran PT Merdeka Battery Materials (MBM) yang turut menjaja
Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu kantor perusahaan sekuritas di Jakarta, Kamis (12/1/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu kantor perusahaan sekuritas di Jakarta, Kamis (12/1/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA - Grup Saratoga akan kembali mengantarkan emiten baru ke lantai bursa pada awal tahun ini. Kali ini, giliran PT Merdeka Battery Materials (MBM) yang turut menjajaki peruntungan di pasar modal guna memacu bisnis hilir pertambangan grup ini.

Artikel tentang Berkah IPO Merdeka Battery Materials menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, sejumlah sajian menarik lainnya turut terhidang dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.

Berikut ini sorotan Bisnisindonesia.id, Minggi (12/02/2023):

1. Berkah IPO Merdeka Battery Materials pada MDKA

Grup Saratoga akan kembali mengantarkan emiten baru ke lantai bursa pada awal tahun ini. Kali ini, giliran PT Merdeka Battery Materials (MBM) yang turut menjajaki peruntungan di pasar modal guna memacu bisnis hilir pertambangan grup ini.

Sinyal initial public offering (IPO) anak usaha dari PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) ini makin menguat pada awal tahun ini. Meski manajemen belum dapat memastikan tanggal persis proses IPO dimulai, targetnya adalah pada kuartal pertama tahun ini.

Direktur Investasi PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) Devin Wirawan mengakui bahwa MBM ditargetkan akan IPO pada kuartal I/2023. Sayangnya, Devin belum mau mengungkapkan target dana perolehan maupun total saham yang akan dilepas MBM saat IPO. "Saya belum bisa diskusi lebih jauh," kata Devin, saat ditemui, Kamis (26/1/2023).

2. Perbandingan Jejak Ekonomi dan Politik Luar Negeri Jokowi-SBY

Tahun 2024 masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo atau Jokowi akan segera berakhir. Seperti halnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY, Presiden Jokowi memimpin Indonesia selama dua periode. Keduanya memiliki jejak dan gaya berbeda, termasuk di bidang ekonomi dan politik luar negeri. Apakah keduanya mengalami fase bebek lumpuh atau lame duck sebelum mengakhiri masa kekuasannya? Berikut penjelasannya.

Dari sisi ekonomi, SBY dan Jokowi memulai pemerintahan saat pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 5 persen. Keduanya juga mengalami gangguan saat berupaya mewujudkan target pertumbuhan ekonominya.

Pemerintahan SBY harus menghadapi gangguan ekonomi karena dampak krisis ekonomi di Amerika Serikat. Sementara di era Jokowi, wabah Covid-19 dan dampak invasi Rusia ke Ukraina menjadi dua hal yang harus dihadapi.

Presiden Jokowi mencatatkan capaian pertumbuhan ekonomi tertinggi pada 2022. Setelah 9 tahun memimpin Indonesia, pertumbuhan nasional mencapai 5,31 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Pertumbuhan itu dicapai setelah Indonesia dapat mengatasi dampak Covid-19 yang berlanjut dengan dampak krisis geopolitik di eropa timur.

3. Siasat Bank Mega Kembali Pacu Bisnis Kartu Kredit

Pencabutan kebijakan pembatasan mobilitas memberi ruang yang lebih luas bagi peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat. Peluang ini berupaya dimanfaatkan oleh PT Bank Mega Tbk. untuk kembali memacu bisnis kartu kreditnya yang sempat kalah saing dari layanan paylater.

Berdasarkan Statistik Sistem Pembayaran dan Infrastruktur Pasar Keuangan (SPIP) Bank Indonesia, nilai transaksi kartu kredit pada 2020 atau pada awal pandemi merosot 30,28 persen secara tahunan (year-on-year/ YoY) menjadi Rp238,90 triliun.

Secara perlahan pada 2021 dan 2022 nilai transaksi kartu kredit mulai merangkak. Namun, tetap saja nilai transaksinya belum menyentuh angka seperti sebelum pandemi.

Berbeda dengan kartu kredit, transaksi di paylater melesat. Dalam laporan PT Perfindo Biro Kredit (IdScore), penggunaan fitur paylater besutan financial technology atau fintech tumbuh subur setidaknya hingga Agustus 2022. Total pinjaman kredit naik 98,83 persen YoY menjadi Rp3,1 triliun.

4. Ambisi Antam (ANTM) Dongkrak Target Produksi dan Penjualan 2023

Emiten tambang logam mulia BUMN, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam, mengumumkan menambah target capaian kinerja produksi dan penjualan segmen logam mulia yang positif pada 2023.

Corporate Secretary ANTM Syarif Fasal Alkadrie menyebutkan bahwa untuk rencana logam emas, perusahaan menargetkan produksi di tahun 2023 dari tambang emas Pongkor sebesar 1.167 kg. Angka tersebut meningkat 28 persen dari target produksi emas tahun 2022 sebesar 911 kg.

Untuk penjualan emas pada 2023 ditargetkan mencapai 31.176 kg. Nilai itu meningkat 11 persen dari target penjualan emas 2022 sebesar 28.011 kg.

“Target penjualan emas tersebut seiring dengan outlook pertumbuhan tingkat permintaan emas di dalam negeri,” katanya dalam keterangan resmi, Jumat (10/2/2023).

Selain itu, pada 2023, target produksi logam perak Antam juga direncanakan sebesar 7.536 kg, meningkat 13 persen dari target produksi perak pada 2022 sebesar 6.643 kg. Sedangkan target penjualan perak mencapai 9.810 kg, meningkat 14 persen dari target penjualan perak 2022 sebesar 8.643 kg.

5. Ceruk Baru Pengembangan Listrik PLN Terbuka Hingga Tanzania

Sepak terjang PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sebagai perusahaan listrik global yang berhasil mengembangkan listrik berbasis energi bersih telah menarik perhatian Pemerintah Tanzania.

Dengan potensi sumber daya air dan panas bumi yang dimiliki Tanzania, pemerintah negara yang terletak di wilayah Afrika bagian timur itu mengajak PLN untuk bekerja sama membangun sistem kelistrikan yang andal.

“PLN bukan sekali dua kali melakukan kerja sama dengan berbagai pihak internasional, maka peluang kerja sama ini [dari Pemerintah Tanzania] menjadi ceruk pengembangan baru dalam sektor kelistrikan,” ujar Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dalam keterangannya dikutip Sabtu (11/2/2023).

Sebagai gambaran, perusahaan setrum pelat merah itu telah bekerja sama dengan Malaysia terkait dengan pengembangan sistem kelistrikan. PLN juga sudah pergi ke Korea Selatan, Jepang, dan China untuk bisa kolaborasi dalam hal investasi di sektor kelistrikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Fatkhul Maskur
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper