Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Perkasa Di Tengah Antisipasi Investor Atas Kebijakan The Fed

Rupiah ditutup menguat 0,10 persen atau 15,5 poin ke level Rp14.975 per dolar AS ditengah was-wasnya investor menanti kebijakan The Fed terkait suku bunga.
Mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di salah satu money changer, Jakarta, Sabtu (30/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di salah satu money changer, Jakarta, Sabtu (30/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup menguat ke level Rp14.975 pada perdagangan hari ini, Rabu (1/2/2023) jelang keputusan rapat The Fed terkait suku bunga.

Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah menguat 0,10 persen atau 15,5 poin ke level Rp14.975 per dolar AS dari penutupan sebelumnya yang berada di level Rp14.990. Hal tersebut terjadi di tengah pelemahan indeks dolar AS sebesar 0,02 persen ke level 102,02.

Sejumlah mata uang lain turut menguat terhadap dolar AS, seperti dolar Taiwan menguat 0,48 persen, won Korea Selatan naik 0,02 persen, Peso Filipina naik 0,25 persen, dan Rupee India 0,10 persen.

Yen Jepang, dan Bath Thailand terpantau melemah dengan penurunan masing-masing 0,07 persen dan 0,09 persen.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam riset hariannya mengatakan dolar naik terhadap sejumlah mata uang negara lain karena investor mengantisipasi pertemuan Federal Reserve atau The Fed. Pasar memposisikan diri terkait kenaikan suku bunga dan potensi hawkish dari bank sentral.

The Fed, kata Ibrahim, diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin, setelah inflasi AS turun selama beberapa bulan terakhir.Namun, publik sangat mengantisipasi komentar dari Ketua The Fed Jerome Powell tentang jalur. Hal ini, mengingat data terbaru mengisyaratkan ketahanan ekonomi AS.

Investor juga mengharapkan Powell untuk mengatasi reli baru-baru ini di pasar keuangan. Prospek hawkish dari The Fed kemungkinan akan membebani mata uang Asia, mengingat hal itu mengindikasikan semakin menyempitnya kesenjangan antara imbal hasil utang berisiko dan berisiko rendah.

Sementara itu, dari dalam negeri Inflasi Indonesia terus melandai menjadi 5,28 persen (year on year/yoy) pada Januari 2023. Melandainya inflasi diharapkan bisa menjadi kabar gembira bagi pasar keuangan serta memberi ruang bagi Bank Indonesia untuk menahan suku bunga pada bulan ini.

Inflasi pada Januari menurun cukup tajam dibanding Desember 2022 yang tercatat 5,51 persen (yoy). Badan Pusat Statistik (BPS) juga mengumumkan inflasi bulanan (month to month/mtm) pada Januari 2023 mencapai 0,34 persen.

Sedangkan Inflasi bulanan pada Januari juga terbilang rendah dibandingkan rata-rata dalam lima tahun sebelumnya yang tercatat 0,43 persen. Inflasi (mtm) jauh lebih rendah dibandingkan pada Desember 2022 yang tercatat 0,66 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper