Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Februari 2023 Diprediksi Lebih Cerah

Sejumlah data ekonomi hingga moneter dapat menopang laju IHSG pada Februari 2023.
Sejumlah data ekonomi hingga moneter dapat menopang laju IHSG pada Februari 2023. Bisnis/Himawan L Nugraha
Sejumlah data ekonomi hingga moneter dapat menopang laju IHSG pada Februari 2023. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – IHSG diprediksi bergerak menguat pada perdagangan Februari, Rabu (1/2/2023) setelah cenderung wait and see pada awal 2023.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,34 persen ke level 6.862,25 pada perdagangan Rabu (1/2/2023). Sepanjang perdaganan, IHSG bergerak dari posisi terendah di 6.850 sampai tertinggi di 6.893.

Head of Research NH Korindo Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan wajar jika IHSG agak “grogi“ bergerak di area resistance 6.900.

“Tapi sungguh nyata IHSG mati-matian bertahan di support MA10 dan MA50, persis di angka 6.839 titik closing kemarin. Rasanya pelaku pasar minggu ini cenderung wait and see berhubung banyak faktor data makroekonomi yang ditunggu,” jelasnya dalam keterangan tertulis, Rabu (1/2/2023).

Beberapa data yang dinantikan pelaku pasar di antaranya pengumuman data inflasi Januari Indonesia, hasil keputusan FOMC meeting nanti malam dan komentar Jerome Powell terkait kenaikan suku bunga, serta keputusan Bank Sentral Eropa dan Inggris Kamis besok beserta plus statement para pejabatnya.

Selain itu, ditutup dengan data payroll US pada Jumat karena data ketenagakerjaan ini besar pengaruhnya untuk para pejabat The Fed dalam tentukan arah kebijakan moneter ke depannya.

“Inflow asing masih agak gamang walau sudah terdeteksi mulai masuk, sayangnya lebih banyak porsi masuk ke SBN ketimbang pasar saham,” kata Liza.

Liza menyebutkan, para fund managers diperkirakan akan mulai lebih "risk-on" alias lebih punya minat ke instrumen yang lebih beresiko seperti saham, di negara berkembang seperti Indonesia, jika perlambatan ekonomi mulai terukur. Misalnya, kenaikan suku bunga berjilid-jilid ini mulai menampakkan efeknya inflasi melandai, pasar tenaga kerja terkontraksi, dan payroll turun.

“Sedikit resesi perlu terlihat dan soft-landing inilah yang diharapkan oleh Federal Reserve untuk kemudian mereka boleh mengerem laju kenaikan suku bunga, walau berhenti naik apalagi pivot itu masih kurang realistis jika diharapkan terjadi pada 2023,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper