Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Melemah Masuk Zona Rp15.000 Jelang Rapat The Fed

Rupiah dibuka melemah bersama dengan sejumlah mata uang Asing di antaranya won Korea melemah 0,19 persen, dan yuan China melemah 0,03 persen.
Pegawai menunjukan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di Dolar Asia Money Changer, Jakarta, Senin (18/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menunjukan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di Dolar Asia Money Changer, Jakarta, Senin (18/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Selasa (31/1/2023) dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya yang terpantau sebesar Rp14.970 per dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka di posisi Rp15.003 per dolar AS melemah 33 poin atau 0,22 persen, sementara itu indeks dolar AS terpantau melemah 0,06 persen ke posisi 101.965.

Rupiah dibuka melemah bersama dengan sejumlah mata uang Asing di antaranya Won Korea melemah 0,19 persen, Yuan China melemah 0,03 persen, Ringgit Malaysia melemah 0,31 persen.

Sementara itu, beberapa mata uang terpantau menguat seperti Peso Philipina menguat 0,04 persen, Rupee India menguat 0,03 persen dan Bath Thailand menguat 0,05 persen.

Sebelumnya, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam riset hariannya mengatakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp14.950 - Rp14.990 per dolar AS.

“Ekspektasi kenaikan suku bunga Federal Reserve AS yang dovish dibandingkan dengan rekan-rekan yang lebih hawkish, dan Fed mendekati akhir siklus kenaikan suku bunga dan bahwa suku bunga tidak harus naik setinggi yang dikhawatirkan sebelumnya,” jelas Ibrahim dalam riset, dikutip Selasa (31/1/2023).

The Fed diperkirakan akan memberikan kenaikan suku bunga 25 basis poin penurunan dari kenaikan 50 bps dan 75 bps yang terlihat tahun lalu, sementara pengamat pasar mengatakan Bank of England dan Bank Sentral Eropa kemungkinan akan menaikkan suku bunga masing-masing sebesar 50 bps

Dari sisi internal, Bank Indonesia (BI) mengakui tetap waspada dan optimistis untuk pertumbuhan perekonomian Indonesia dalam menghadapi gejolak global yang tidak menentu.

Pertumbuhan ekonomi pada 2023 diperkirakan di kisaran 4,5-5,3 persen, kemungkinan bisa mengarah ke 5 persen. Hal tersebut terjadi jika konsumsi masyarakat meningkat signifikan. Sedangkan inflasi inti pada semester pertama 2023 dipastikan berada di bawah 4 persen.

Kemudian, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali ke dalam sasaran di bawah 4 persen pada semester II/2023. Dibandingkan dengan negara-negara didunia yang inflasinya masih tinggi.

Sejak 1-26 Januari 2023, tercatat aliran modal asing masuk bersih Rp48,08 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN). Hingga 17 Januari 2023, investasi portofolio mencatat arus masuk bersih (net inflow) sebesar US$4,6 miliar.

“Ini akan berdampak terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat. Hal itu karena seluruh faktor fundamental ekonomi memberikan justifikasi dasar untuk penguatan nilai tukar rupiah,” paparnya.

Sementara itu, perekonomian Indonesia 2022 bisa tumbuh bias ke atas dengan kisaran 4,5-5,3 persen, yang didukung oleh kinerja ekspor yang kuat dan konsumsi swasta yang meningkat, capaian itu membanggakan dibandingkan dengan perekonomian global 2022 yang hanya tumbuh 3 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper