Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas mampu menembus posisi US$2.000 per troy ounce hingga akhir kuartal I/2023 seiring dengan pelemahan dolar AS. Harga emas juga bergantung pada seberapa agresif The Fed menaikkan suku bunga.
Mengutip situs harga-emas.org pada perdagangan Rabu (25/1/2023) pukul 17.05 WIB, harga emas saat ini berada di angka US$1.928 per troy ounce, turun 6,24 poin.
Analis Tim Riset Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Khusnul Khotimah menjelaskan emas memiliki hubungan erat dengan gerak dolar seiring dengan mata uang tersebut yang menjadi patokan transaksi. Menurutnya, harga emas masih berpeluang mencapai level US$2.000 per troy ounce.
“Apabila mata uang dolar menguat maka akan menekan harga emas, begitu juga sebaliknya apabila dolar melemah maka hal itu menjadi katalis positif bagi emas,” katanya dalam acara Commodity Outlook Q1-2023 ICDX Group Research, Rabu (25/1/2023).
Khusnul menjelaskan pada kuartal IV/2022, emas mengalami tren penguatan sebesar 9,93 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. Hal itu dipengaruhi oleh indeks dolar yang melemah sebesar 6,76 persen.
Kondisi tersebut dipengaruhi oleh inflasi AS yang mulai melunak di akhir 2022 dan membuat dolar melemah sehingga menjadi sentimen positif untuk emas dunia.
Baca Juga
Angka inflasi sebagai acuan bank sentral untuk menetapkan tingkat suku bunga. Tahun ini diperkirakan The Fed akan menaikkan hanya 75 basis poin.
“Kenaikan 75 basis poin merupakan angka yang lebih rendah dibandingkan dengan 2022 yang menaikkan 425 basis poin, hal itu kemungkinan menjadi proyeksi yang baik bagi emas ke depannya. Namun, apabila berbalik arah kemungkinan US$1.800 per troy ounce,” jelasnya.
Selain faktor itu, perang Rusia Ukraina juga turut menjadi faktor penentu harga emas, dimana emas masih merupakan investasi safe haven yang akan dicari ketika perang berlangsung.
Kemudian potensi resesi juga masih akan menjadi katalis positif emas, dimana IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global pada 2023 akan lebih lambat dibanding 2022 yaitu sebesar 2,7 persen saja.
Terpisah, Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra menjelaskan faktor yang mempengaruhi gerak emas itu karena kebijakan kenaikan suku bunga acuan yang agresif oleh the Fed.
“Kalau the Fed memberi sinyal bahwa akan mulai menahan kenaikan suku bunga acuannya dan kekhawatiran pasar terhadap risiko resesi meninggi, harga emas bisa rebound,” ujarnya baru-baru ini.