Bisnis.com, JAKARTA – Setahun terakhir, hegemoni emas sebagai tulang punggung bisnis PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) alias Antam hilang bak ditelan bumi. Redupnya harga aset safe haven tersebut bikin ramalan-ramalan positif soal kinerja ANTM yang dirapal analis lebih banyak didasarkan pada prospek nikel, komoditas lain yang juga jadi andalan si entitas pelat merah.
Namun pelan tapi pasti, narasi soal kemilau bisnis emas akhirnya kembali terdengar. Pulangnya narasi itu, terutama, dipicu oleh pergerakan harga emas yang akhir-akhir ini melampaui skenario banyak kepala.
Terhitung hingga Senin (23/1), Market Insider melaporkan bahwa harga emas global berada pada level US$1.930,99 per troy ounce. Mahar ini telah menggambarkan tren penguatan 7,38 persen dari harga US$1.798,16 per troy ounce sebulan lalu (24 Desember 2022).
Bila ditarik dari posisi akhir kuartal III/2022 (30 September 2022), tren penguatan harga komoditas tersebut bahkan tampak lebih kentara. Tepatnya sekitar 15,28 persen dari titik awal US$1.674,95 per troy ounce.
ANTM, di sisi lain, memang masih menggantungkan harapan pada tuah komoditas tersebut. Walau margin laba segmennya tidak sekuat segmen nikel, analis meyakini bahwa perbaikan tren harga emas bakal membuat proyeksi untuk kinerja perseroan lebih baik.