Bisnis.com, JAKARTA – Prospek nikel baik dari segi komoditas maupun saham emitennya disebut memiliki masa depan yang cerah menyusul gencarnya upaya hilirisasi oleh pemerintah serta potensi produksi baterai Electric Vehicle (EV) dan produk turunan nikel lainnya.
Senior Portfolio Manager Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Samuel Kesuma mengatakan sektor green energy merupakan salah satu yang akan menjadi andalan karena berkaitan dengan indutri baterai EV.
“Investasi di industri terkait EV secara organik akan meningkatkan permintaan bahan mineral. Dalam jangka pendek, harga spot mendapatkan manfaat dari sinyal perlambatan kenaiakn Fed Funds rate dan pembukaan kembali market China,” kata Samuel beberapa waktu lalu.
Samuel menjelaskan sektor nikel akan mengalami bullish baik dalam jangka pendek maupun panjang. Pada jangka panjang, nikel akan memberikan kontribusi pada nilai ekspor yang akan berdampak pada devisa negara yang naik. Hal tersebut berkaitan dengan potensi ekspor baterai EV.
Sedangkan pada jangka pendek, produk turunan nikel seperti stainless steel akan mendapatkan perhatian lebih, dimana konsumsi stainless steel akan meningkat seiring aktivitas industri China yang dibuka kembali.
“Indonesia merupakan produsen stainless steel dengan harga produksi yang kompetitif, cost yang dihabiskan menyebabkan Indonesia adalah produsen yang paling murah,” katanya.
Baca Juga
Senada dengan itu, Investment Director Schroders Indonesia Irwanti mengatakan ke depan tren nikel semakin meningkat dengan selesainya smelter yang saat ini sedang dibangun, bahkan akan mengalahkan komoditas batu bara.
“Komoditas batu bara akan mengalami penurunan tapi tidak terlalu jauh karena akan ada pergantian dari energi kotor (batu bara) ke energi bersih. Ekspor batu bara turun tapi tidak untuk metal yang lain,” kata Irwanti, belum lama ini.
Potensi komoditas nikel diatas memberikan angin segar bagi para emiten yang bergerak disektor itu. Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan produsen Nikel dan pertambangan nikel memiliki banyak peluang dan potensi untuk mencaplok pasar yang berkembang saat ini.
“Pemerintah mementingkan proses downstreaming mineral dan meningkatkan investasi ke pasar mineral domestik, dan EV adalah bidang sangat prospektif karena lebih ramah lingkungan. Komoditas nikel adalah komoditas terpenting untuk membuat kendaaran EV,” katanya kepada Bisnis, Kamis (19/1/2023).
Startegi Emiten Nikel
Beberapa emiten yang bergerak di industri nikel dan produk turunannya terpantau melakukan beberapa manuver untuk menangkap peluang pasar yang disebut sedang berkembang.
Berdasarkan data dari beberapa keterbukaan informasi laman Bursa efek Indonesia (BEI) berikut Bisnis merangkum aksi ekspansi dalam beberapa waktu terakhir.
1. Emiten tambang mineral PT Central Omega Resources Tbk. (DKFT) terpantau membeli 32 persen saham perusahaan pengolahan dan pemurnian atau smelter Ferro Nikel di Morawali Utara pada tanggal 12 Januari 2023, PT Cor Industri Indonesia (CORII). Mengutip keterbukaan, nilai pengambil alihan sebanyak 208.948 lembar saham smelter nikel itu setara dengan Rp208,94 miliar.
2. PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) bersama PT Industri Baterai Indonesia (IBC), dan Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co Ltd (CBL) telah menandatangani framework agreement untuk kerja sama proyek pengembangan ekosistem EV battery yang terintegrasi di Indonesia yang mencakup kegiatan pertambangan bijih nikel hingga industri daur ulang baterai pada tanggal 14 April 2023.
3. PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) melakukan transaksi afiliasi dengan pemegang saham perseroan Vale Canada Limited (VCL). Direktur Utama Vale Indonesia Febriany Eddy mengungkapkan tujuan di balik transaksi ini berhubungan dengan rencana pengembangan fasilitas nikel.
4. PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) melakukan transaksi afiliasi sebesar Rp1,24 triliun kepada unit bisnis nikelnya, PT Merdeka Battery Materials (MBM). Transaksi ini diharapkan bisa menegaskan posisi kunci Merdeka Gold di rantai pasok baterai mobil listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia sekaligus merealisasikan nilai MBM di valuasi sum of the parts (SOTP) perseroan.
Badan Pusat Statistik Mencatat Kenaikan Ekspor Komoditas Nikel
Badan Pusat Statistik (BPS) dalam rilis dara Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia Desember 2022 yang dirilis 16 Januari 2023 menyebutkan peningkatan ekspor nonmigas terbesar terjadi pada nikel dan barang daripadanya sebesar US$220 juta, angka ini meningkat 4,50 persen.
volume ekspor nikel dan barang daripadanya naik 367 persen periode Januari - Desember 2022 atau mencapai 778,4 ribu ton. Volume ekspor tersebut menjadikan nilai ekspor nikel dan barang daripadanya ikut meningkat yaitu sebesar US$5,97 miliar.
Pertumbuhan juga terjadi pada ekspor komoditas ferronikel. Volume ekspor pada 2022 meningkat menjadi 5,78 juta ton, naik 65 persen dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan nilai ekspor hampir tercatat sebesar US$13,62 miliar.