Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Dunia Mendingin, Hantu Resesi Datang Lagi

Harga minyak WTI berbalik arah setelah mencapai harga intraday tertinggi sejak awal Desember 2022.
Aktivitas Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (14/6/2022). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Aktivitas Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (14/6/2022). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah global jatuh untuk pertama kalinya dalam hampir dua minggu karena data ekonomi AS yang mengecewakan memicu kekhawatiran resesi.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret 2023 merosot 1,1 persen, menjadi menetap di US$84,98 per barel pada akhir perdagangan Rabu (18/1/2023). Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Februari 2023 tergelincir 0,9 persen, menjadi ditutup di US$79,48 per barel.

Mengutip Bloomberg, Kamis (19/1/2023), harga WTI berbalik arah setelah mencapai harga intraday tertinggi sejak awal Desember 2022. Data permintaan dari China mendongkrak harga minyak pada awal sesi, namun lonjakan komoditas tersebut menemui hambatan ketika pasar saham berbalik melemah tajam dan dolar rebound.

Produksi peralatan bisnis dan penjualan ritel melambat di AS, menghidupkan kembali kekhawatiran pelambatan ekonomi bahkan ketika China pulih dari kerugian terkait Covid.

Badan Energi Internasional mengatakan dalam prospek terbarunya bahwa pasar minyak global menghadapi surplus yang lebih besar dari yang diharapkan pada kuartal pertama, sementara konsumsi global berada di jalur yang tepat untuk mencapai rekor rata-rata harian tahun ini dengan China memimpin.

"Reli minyak tidak dapat bertahan lama setelah pedagang energi melihat pelemahan luas di sebagian besar ekonomi AS," kata Ed Moya, analis pasar senior di OANDA.

Menurutnya kekhawatiran permintaan minyak mentah tumbuh karena konsumen jauh lebih lemah dari yang diperkirakan dan karena sektor manufaktur anjlok.

Memperkuat prospek permintaan bullish IEA, Saudi Aramco optimistis bahwa konsumsi akan meningkat. Pedagang juga menunggu tanda-tanda jalur produksi Rusia saat sanksi bahan bakar olahan mulai berlaku awal bulan depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper