Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Bitcoin Tembus US$21.000, The Fed Diprediksi Tak Agresif

Bitcoin melonjak lebih dari US$21.000 pada Sabtu (14/1/2023) di tengah optimisme melandainya inflasi AS.
Bitcoin melonjak lebih dari US$21.000 pada Sabtu (14/1/2023) di tengah optimisme melandainya inflasi AS. Bisnis/Arief Hermawan P
Bitcoin melonjak lebih dari US$21.000 pada Sabtu (14/1/2023) di tengah optimisme melandainya inflasi AS. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Harga Bitcoin mencapai level tertinggi sejak November 2022 seiring dengan pelemahan inflasi AS yang mengindikasikan perlambatan kenaikan suku bunga The Fed.

Bitcoin melonjak lebih dari US$21.000 pada Sabtu (14/1/2023) di tengah optimisme bahwa mata uang digital tersebut mungkin telah mencapai titik terendah dan inflasi AS melewati puncaknya.

Harga Bitcoin terjebak dalam kisaran terbatas sekitar US$16.000 - US$17.000 selama beberapa minggu sebelum lonjakan terbaru ini.

Dilansir dari Bloomberg pada Sabtu (14/1/2023), cryptocurrency terbesar ini naik sebanyak 7,5 persen menjadi US$21.299. Bitcoin belum pernah mencapai level di atas US$20.000 sejak 8 November. Kenaikan hari ini menandai reli kenaikan hari ke-11 berturut-turut.

Aset kripto terbesar kedua, Ether, melonjak sebanyak 9,7 persen, token lain seperti Cardano dan Dogecoin juga mencatatkan penguatan yang solid. Berdasarkan data CoinGecko, kapitalisasi pasar keseluruhan aset kripto naik di atas US$1 triliun untuk pertama kalinya sejak awal November 2022.

Kenaikan terjadi di tengah data indeks harga konsumen (IHK) minggu lalu yang menunjukkan inflasi melandai. Inflasi AS mencapai 6,5 persen pada Desember 2022, terendah sepanjang tahun lalu.

Federal Reserve (The Fed) diperkirakan bakal menaikkan suku bunga dengan besaran yang lebih kecil menyusul data eknomi tersebut, meskipun bank sentral AS tersebut kemungkinan akan terus menaikkan suku bunga hingga inflasi meunjukkan perlambatan yang lebih pasti.

Hal tersebut membantu meningkatkan aset berisiko seperti indeks saham Nasdaq 100, yang telah naik selama enam hari berturut-turut.

"Aset kripto berkinerja baik setelah data inflasi melandai, yang menunjukkan bahwa korelasi aset crypto dengan makroekonomi tidak akan hilang dalam waktu dekat," kata kepala strategi aset digital di Fundstrat Sean Farrell, seperti dilansir Bloomberg.

Menurutnya, pergerakan lanjutan harga pekan ini menggembirakan. Ada kemungkinan besar bahwa harga aset kripto sudah rebound dari level terendahnya, kecuali ada likuidasi paksa dari perusahaan kripto bermasalah DCG.

Coinglass mengungkapkan pergerakan ke atas telah mengejutkan para penjual likuidasi short crypto yang mencapai US$100 juta dalam lima dari enam hari terakhir. Total hari Sabtu adalah yang tertinggi, mencapai US$296 juta.

CEO Alpha Impact Hayden Hughes mengatakan melandainya data inflasi, ditambah dengan pengumuman bahwa likuidator FTX telah memulihkan aset likuid senilai US$5 miliar telah memberikan banyak sentimen positif terhadap pasar kripto untuk melupakan gambaran makro, yang masih bearish.

"Pasar memiliki banyak momentum positif menuju pertemuan FOMC berikutnya akhir bulan ini,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper