Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas naik tajam mendekati level psikologis US$1.900 pada akhir perdagangan Jumat pagi WIB setelah pertumbuhan harga konsumen AS pada Desember melambat seperti yang diperkirakan memberi ruang bagi The Fed untuk kenaikan suku bunga yang lebih kecil.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange melonjak 1,06 persen menjadi ditutup pada US$1.898,80 per ounce.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Kamis (12/1/2023) bahwa indeks harga konsumen AS, ukuran biaya hidup AS, turun 0,1 persen pada Desember, sesuai dengan perkiraan penurunan oleh para ekonom. Tingkat tahunan indeks turun untuk bulan keenam berturut-turut menjadi 6,5 persen dari 7,1 persen, level terendah dalam lebih dari setahun.
“Ini adalah kenaikan 12 bulan terkecil sejak periode yang berakhir Oktober 2021,” kata Departemen Tenaga Kerja dalam rilis berita dikutip dari Antara.
Analis pasar mencatat penurunan tersebut mungkin mengindikasikan bahwa inflasi AS telah mencapai puncaknya. Untuk keputusan suku bunga berikutnya pada 1 Februari, para ekonom memperkirakan bank sentral mengumumkan kenaikan yang lebih kecil lagi sebesar 25 basis poin.
Berbicara secara virtual dalam sebuah acara yang diselenggarakan oleh Asosiasi Bankir Wisconsin pada Kamis (12/1/2023), Presiden Fed St. Louis, James Bullard mengatakan bank sentral AS harus menaikkan suku bunga di atas 5,0 persen secepatnya untuk memastikan tekanan harga ditundukkan.
Baca Juga
Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, serta imbal hasil obligasi pemerintah AS juga turun setelah data inflasi dirilis, memberikan dukungan terhadap emas.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Kamis (12/1/2023) bahwa klaim pengangguran awal AS turun 1.000 ke penyesuaian musiman 205.000 di pekan yang berakhir 7 Januari. Data yang lebih baik dari perkiraan membatasi kenaikan emas.