Bisnis.com, JAKARTA – International Monetary Fund (IMF) memprediksikan bahwa perekonomian global akan mengalami tantangan yang lebih berat di tahun 2023. Nah, Lo Kheng Hong memberikan tips menghadapi resesi.
Namun, prediksi IMF ternyata berbeda dengan pendapat dari investor terkemuka di Indonesia, yakni Lo Kheng Hong. Dikenal sebagai Warren Buffett Indonesia, dia mengatakan bahwa Indonesia tidak akan terkena resesi. Sebab, ekonomi kerakyatan Indonesia masih sangat kuat.
"Katanya IMF bilang tahun 2023 akan resesi tapi sebetulnya hari esok itu misteri," sebut Lo Kheng Hong dalam podcast Rumah Pertama yang disiarkan dalam YouTube WinMax Gallery.
Lebih lanjut, Warren Buffett Indonesia itu menyebut bahwa tidak ada seorangpun yang tahu secara pasti, apa yang akan terjadi di hari esok. Menurutnya, ini mengartikan bahwa kemungkinan saja isu resesi bisa saja tidak terjadi.
Lo Kheng Hong optimis jika resesi justru tidak akan terjadi di Indonesia. Dengan tegas dia mengatakan bahwa Indonesia masih dalam kondisi yang aman, sehingga tidak akan mengalami resesi di tahun ini.
"Saya optimis melihat negara kita tidak akan resesi. Orang yang optimis juga rasanya melihat negara kita itu tidak resesi," sebutnya.
Lo Kheng Hong menjabarkan alasan mengapa sangat optimistis, bahwa Indonesia tidak akan mengalami resesi:
1. Ekspor Indonesia masih berjalan baik
Menurut pandangan Lo Kheng Hong, Indonesia masih memiliki kondisi yang aman. Terlebih, negara ini masih menjalankan ekspor yang hasilnya terbilang menguntungkan.
"Saya lihat Indonesia banyak ekspor komoditas. Indonesia banyak melakukan ekspor batubara, terima bermiliar-miliar dollar. Belum dari ekspor yang lainnya," sebutnya.
2. Bank di Indonesia masih alirkan cuan
Alasan kedua dari pandangan Lo Kheng Hong ini adalah Bank-bank yang beroperasi di Indonesia hingga sekarang ini masih berjalan dengan normal.
"Bank BCA dalam sembilan bulan per September 2022 labanya sebanyak Rp28 triliun. Bank Mandiri per sembilan bulan pada September 2022 lalu labanya 30 triliun. Kemudian BRI per sembilan bulan di September 2022 labanya 39 triliun. Bank-nya sehat-sehat, sehingga tidak ada yang mesti dikhawatirkan, kalau mau resesi biasanya banknya sakit" kata Lo Kheng Hong.
3. Bursa stabil
"Kalau resesi itu bursa biasanya jalan duluan. jadi kalau misalnya tahun depan resesi, itu saham udah terjun bebas duluan, turun duluan, baru resesi terjadi. Sedangkan ini saham kita masih bertengkar di 7.000 terus, IHSG enggak turun-turun, tidak ada tanda-tanda mau resesi," sebutnya.
"Jadi saya optimis bahwa negara kita tidak akan mengalami resesi. Saya harapkan keinginan saya ini benar terjadi, Indonesia tidak akan resesi," sambungnya.
Kemudian sebagai upaya pencegahan, Lo Kheng Hong berpesan agar masyarakat dapat mengatur keuangan dengan bijak.
Simak tips menghadapi resesi dan mengatur finansial dari Lo Kheng Hong:
1. Membeli saham
Bagi Lo Kheng Hong, Membeli saham itu merupakan pilihan terbaik untuk menyimpan uang. Dia selalu berinvestasi, oleh karenanya, Long sangat menyayangkan saat ini masih banyak masyarakat yang tidak percaya akan saham.
2. Tidak membeli emas
Lo Kheng Hong mengungkapkan bahwa dirinya tidak berminat membeli emas karena baginya emas itu tidak menguntungkan.
"Jumlah emas akan tetap sama. Jika kita beli emas satu kilo dan kemudian kita simpan, sepuluh tahun kedepan juga dia tetap satu kilo," katanya.
3. Tidak pegang dollar
Untuk memaksimalkan investasi, Lo Kheng Hong menyarankan agar masyarakat tidak terpaku dengan dollar.
Lebih lanjut, dia justru menyebut bahwa dirinya tidak memegang atau menyimpan dollar. Menurutnya, orang yang memegang dollar justru akan dibayang-bayangi oleh pemikiran negatif
"Biasanya orang yang pegang dolar itu suka mengharapkan yang tidak baik, seperti kalau sedang ada rusuh, rupiah sedang melemah, dolar melemah, dan lain sebagainya," kata dia.
Sementara itu, dia menggambarkan orang yang memegang saham justru memiliki pemikiran yang positif karena selalu mengharapkan yang baik.
4. Hidup Sederhana
Lo Kheng Hong juga menyarankan agar masyarakat dapat hidup dengan penuh kesederhanaan. Misalnya dengan tidak membeli barang yang memungkinkan depresiasi.
"Daripada beli mobil akan depresiasi, lebih baik beli rumah itu apresiasi. Mobil harga akan terus turun, hanya akan menjadi besi tua," katanya.