Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Garuda Indonesia (GIAA) Masih Hadapi Tantangan Kinerja Usai Restrukturisasi

Usai proses restrukturisasi, Garuda Indonesia (GIAA) masih akan dihadapkan pada tantangan kinerja dari sisi fundamental setidaknya hingga 2 tahun ke depan.
Annisa Kurniasari Saumi
Annisa Kurniasari Saumi - Bisnis.com 04 Januari 2023  |  10:22 WIB
Garuda Indonesia (GIAA) Masih Hadapi Tantangan Kinerja Usai Restrukturisasi
Pesawat milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia terparkir di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (21/6/2022). Bisnis - Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) diperkirakan masih akan menghadapi tantangan kinerja dari sisi fundamental selama satu hingga 2 tahun ke depan usai restrukturisasi.

Kepala Riset Praus Capital Alfred Marolop Nainggolan melihat pada 2022, terjadi perbaikan yang signifikan terhadap fundamental kinerja Garuda Indonesia, khususnya restrukturisasi yang akan menurunkan porsi utang GIAA secara signifikan, dan mengurangi beban keuangan GIAA.

“Pasar melihat, pencabutan kebijakan PPKM oleh pemerintah di akhir tahun 2022 juga menjadi faktor positif yang signifikan bagi fundamental GIAA ke depan,” ujar Alfred kepada Bisnis, Selasa (3/1/2023).

Menurutnya, sentimen-sentimen tersebut menjadi sentimen positif dalam jangka pendek bagi saham emiten BUMN penerbangan ini.

Alfred melanjutkan, meskipun setelah pembukaan suspensi terdapat sentimen positif terhadap saham GIAA, tetapi Alfred melihat langkah GIAA untuk memulihkan kinerja fundamental seperti mengembalikan ekuitas menjadi positif serta meraih laba usaha, masih berat dalam satu hingga dua tahun ini.

“Masih terjadinya kerugian operasional, menjadi ukuran utama berat atau tingginya risiko bisnis penerbangan,” ucapnya.

Selain itu, Alfred juga memperhatikan harga saham GIAA saat ini masih masuk dalam kategori overvalue jika melihat posisi ekuitas dan rugi bersih yang dialami. Ke depan, lanjut dia, GIAA memiliki tantangan yang besar dari sisi fundamental.

Alfred juga mencermati realisasi debt equity swap dengan penerbitan saham baru, akan memberikan peningkatan suplai saham baru di pasar. Hal tersebut akan memberikan potensi aksi jual dari para pemegang saham atau eks kreditur, terhadap saham GIAA ke depannya.

Sebagaimana diketahui, GIAA tercatat menerima dana Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp7,5 triliun sebagai dukungan terhadap langkah penyehatan kinerjanya. PMN tersebut berkaitan dengan langkah rights issue sebanyak 39,7 miliar saham atau senilai Rp7,79 triliun.

Tahapan ini yang kemudian akan dilanjutkan dengan PMTHMETD atau private placement, dengan Garuda melakukan pendistribusian saham dalam rangka konversi utang sebesar 25,8 miliar saham, atau senilai Rp5,05 triliun, termasuk di dalamnya realisasi Obligasi Wajib Konversi (OWK).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

emiten Garuda Indonesia restrukturisasi utang BUMN penyertaan modal negara
Editor : Ibad Durrohman

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top