Bisnis.com, JAKARTA — Peta saham pengerek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang 2023 diperkirakan berubah dibandingkan tahun lalu. Pergeseran sektor penggerak IHSG tahun ini seiring perubahan kondisi ekonomi dan sentimen yang mempengaruhi.
Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya mengatakan tren kenaikan kasus Covid-19 yang melambat menjadi penopang pemulihan ekonomi pada tahun ini. Meski demikian, terdapat faktor penekan ekonomi dan IHSG seperti konflik geopolitik dan kebijakan moneter The Fed yang masih agresif.
“Rotasi sektor akan terjadi seiring perubahan kondisi dan sentimen penggerak pasar. Dua tahun terakhir sektor energi berturut-turut menjadi juara. Tentu di 2023 sektor energi bukan lagi unggulan,” kata Cheril akhir pekan lalu.
Dengan status pandemi yang diakhiri pemerintah lewat pencabutan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dan normalisasi aktivitas ekonomi, Cheril mengatakan emiten dari sektor konsumer primer, konsumer non-primer, dan perbankan bisa menjadi unggulan.
“Ini juga dipengaruhi oleh masuknya tahun politik menjelang Pemilihan Umum 2024,” katanya.
Di antara saham-saham penghuni indeks LQ45, Cheril memproyeksikan AMRT, BBNI, dan BMRI memiliki prospek yang positif. Sebaliknya, koreksi bisa terjadi pada saham-saham sektor energi dan teknologi.
Baca Juga
Sebagaimana diketahui, IHSG mengakhiri 2022 dengan koreksi sebesar 0,14 persen ke level 6.850,61 pada penutupan perdagangan 30 Desember 2022. Ini merupakan kali pertama dalam 21 tahun IHSG melemah pada Desember.
Indeks sektor energi menjadi indeks sektoral dengan kenaikan tertinggi sepanjang 2022 dengan pertumbuhan sebesar 100,05 persen secara year to date (ytd) berdasarkan data Bursa Efek Indonesia. Kenaikan itu disusul oleh sektor industri yang naik 13,28 persen ytd, sektor kesehatan menguat 10,20 persen ytd, dan indeks sektor konsumer non-cyclical naik 7,89 persen ytd.