Bisnis.com, JAKARTA — Tahun 2022 bisa dibilang menjadi salah satu tahun yang terburuk dalam sejarah industri blockchain termasuk kripto. Situasi tersebut tercermin dari penurunan nilai kapitalisasi pasar kripto 2022 sekitar US$1.486 triliun atau setara dengan Rp23.230 triliun terhadap dolar Amerika Serikat.
Berita tentang anjloknya kapitalisasi pasar bitcoin serta masih adanya harapan pada aset digital ini menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, sejumlah berita menarik lainnya turut tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.
Berikut ini highlight Bisnisindonesia.id, Rabu (28/12/2022):
1. Optimisme di Tengah Anjloknya Kapitalisasi Pasar Kripto
Meski nilai kapitalisasi pasarnya menurun drastis, industri kripto diproyeksi bangkit secara bertahap, baik dari sisi jumlah investor maupun pertumbuhan nilai transaksi. Pedagang kripto cukup optimistis kondisi dapat berbalik meskipun dalam waktu yang cukup lama, atau dalam jangka panjang.
Industri kripto masih terhitung baru sebagai instrument investasi. Ini menjadi salah satu alasan masih memiliki ruang pertumbuhan yang optimal. Dengan demikian, prospek pertumbuhan aset kripto di Indonesia masih terbilang positif meskipun harus berperang dengan kondisi yang masih menantang.
Investasi pada aset kripto justru berhasil mencuri perhatian masyarakat karena menawarkan kemudahan dalam berinvestasi, khususnya pada kelas aset yang bersifat global. Di samping itu, aset ini juga dapat memberikan return of investment yang tinggi.
2. Jumlah Pedagang di e-Commerce 2022 Lesu, Transaksi Makin Moncer
Jumlah pelaku usaha di Indonesia yang menggunakan platform e-commerce tergolong masih rendah. Kendati begitu, transaksi melalui dagang el tetap mengalami pertumbuhan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mendapati bahwa hanya 34,10 persen dari total pelaku usaha yang menggunakan platform e-commerce untuk berjualan. Sedangkan sisanya 65,90 persen pelaku usaha masih berjualan secara offline atau konvensional.
Survei ini juga menunjukan pelaku usaha e-commerce di Indonesia saat ini masih berpusat di Pulau Jawa atau sama seperti tahun lalu. Pada 2021, dari 2.868.178 pelaku usaha di e-commerce, sebanyak 1.497.655 usaha (52,22 persen) berlokasi di pulau terpadat di Indonesia.
Dari seluruh usaha yang tak melakukan kegiatan e-commerce pada 2021, sebanyak 71 persen beralasan lebih nyaman berjualan secara langsung alias offline. Alasan lainnya adalah tidak tertarik berjualan online (38,74 persen), kurang pengetahuan atau keahlian (21,46 persen).
3. Landainya Harga CPO Bayangi Sawit Grup Salim, Saham Menarik?
Kinerja dua emiten sawit Grup Salim, PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP) atau Lonsum dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk. (SIMP) pada 2023 dibayangi oleh melandainya harga CPO dan potensi resesi ekonomi.
Meskipun demikian, dari sisi performa, kedua emiten sawit tersebut masih cukup layak untuk dicermati pada tahun depan. Sebab, baik LSIP maupun SIMP kompak mencatatkan pertumbuhan laba bersih pada periode Januari-September 2022.
Katalis pendongkrak kekuatan keuangan kedua emiten tersebut salah satunya adalah kenaikan rata-rata harga jual produk sawit.
4. Adu Siasat Leasing Hadapi Persaingan Kendaraan Listrik
Perusahaan pembiayaan atau multifinance menjadi salah satu industri yang ikut andil dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik. Pelaku multifinance pun balapan untuk ambil bagian dan menyiapkan strategi jitu dalam menghadapi persaingan pembiayaan kendaraan listrik.
Data Gaikindo menunjukkan bahwa penjualan kendaraan listrik wholesale per Oktober 2022 sebanyak 7.893 unit, tumbuh 147 secara year-on-year. Sebagai pembanding, pada 2019 Gaikindo mencatatkantotal penjualan kendaraan listrik sebanyak 812 unit, pada 2020 mencapai 1.324 unit. Sementara, pada 2021 penjualan mencapai 3.205 unit.
Salah satu strategi yang disiapkan oleh BRI Finance, misalnya, mempersiapkan jaringan pelayan luas dengan 27 kantor cabang, serta 180 titik pelayanan di unit kerja BRI seluruh Indonesia dan melakukan kerjasama dengan berbagai ATPM dan dealer baik mobil listrik maupun sepeda motor listrik.
5. Beda Nasib Saham-Saham Pendatang Baru 2022
Emiten-emiten pendatang baru tahun 2022 tidak semuanya bernasib baik, sebab beberapa emiten justru sudah mengalami penurunan harga di bawah harga pencatatan perdananya. Untuk tahun depan, sejumlah sektor terlihat memiliki peluang yang lebih menjanjikan dibanding yang lain.
Sampai akhir 2022, setidaknya terdapat 59 emiten baru yang resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Beberapa di antaranya bahkan melakukan penggalangan dana bernilai triliunan.
Di antara saham-saham anyar penghuni BEI pada 2022, mayoritas mengalami kenaikan. Sebanyak 35 saham harganya meningkat sejak pertama kali melantai, sedangkan 24 saham lainnya kini dilego di bawah harga IPO per 27 Desember 2022.
Saham emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) tercatat menjadi pendatang baru dengan pelemahan terdalam, terlepas dari statusnya sebagai IPO terbesar di 2022.