Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dan gas (migas) diperkirakan masih berada di level yang tinggi sepanjang 2023. Emiten di sektor tersebut seperti AKRA dan PGAS masuk rekomendasi MNC Sekuritas.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) misalnya, melonjak sepanjang 2022 dengan mencapai puncaknya di US$124,76 per barel pada Maret 2022, lantaran rendahnya pasokan di tengah sanksi Uni Eropa ke Rusia yang berkontribusi pada 25 persen pasokan wilayah tersebut.
Analis MNC Sekuritas Andrew Sebastian Susilo mengatakan, saat ini dengan adanya pelonggaran aturan Zero Covid Policy di China, dan produksi OPEC+ yang dipangkas 2 juta barel per hari, atau setara dengan 2 persen dari produksi minyak global, harga minyak berpeluang kembali ke level normal.
Bahkan harga komoditas itu bisa naik di atas level sebelum paandemi lantaran adanya proyeksi kenaikan permintaan pada 2023.
“Dengan potensi kenaikan harga dan permintaan tahun depan, harga minyak mentah dunia diperkirakan bisa bergerak mencapai US$95 per barel,” ungkap Andrew dalam riset, dikutip Minggu (25/12/2022).
MNC Sekuritas menilai kenaikan tersebut akan membawa keuntungan bagi emitennya, di antaranya ke PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) bersamaan dengan pertumbuhannya di sektor industri, dengan rencana ekspansi sejumlah pom bensin BP-AKR.
Baca Juga
Selain itu, PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) juga akan mendapat keuntungan dengan kemungkinan kenaikan volume produksi minyaknya sebanyak 265 juta barel per hari dari Blok Rokan yang akan meningkatkan oendapatan.
Dari sisi pasar gas alam, harga gas juga melampaui kinerja komoditas lainnya pada 2022 dengan kenaikan sampai 159,5 persen sepanjang tahun ini hingga Agustus 2022, karena adanya krisis energi dan peningkatan permintaan menjelang musim dingin.
“Harga gas alam diperkirakan masih akan naik sampai kuartal II/2023 setelah China melonggarkan aturan Zero Covid Policy-nya dan penurunan aliran gas dari Rusia,” kata Andrew.
Di Indonesia, pada 2023 diperkirakan lifting gas diperkirakan mencapai 1,1 miliar barel per hari, naik dari 964 juta barel per hari pada 2022, untuk mencapai target pemerntah untuk memproduksi 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) dan eksplorasi 55 sumur baru pada 2023.
“Dengan kenaikan harga dan permintaan minyak dan gas pada 2022, emiten di sektor ini akan mendulang banyak keuntungan, seiring dengan upaya menurunkan utangnya. Hasilnya, investor akan memperhatikan perusahaan-perusahaan ini akan adanya kemungkinan membagikan dividen atau aksi korporasi untuk ekspansi perusahaan ke depan,” imbuh Andrew.
MNC Sekuritas memberikan rekomendasi overweight untuk saham AKRA dengan target harga di Rp1.700 dan PGAS dengan target harga di Rp2.200.
“Dengan adanya potensi ekspansi ke energi hijau dan eksplorasi sumber cadangan pada 2023, bersamaan dengan kemungkinan kenaikan harga, kami melihat perusahaan ini mampu mempertahankan kinerja dan melampaui pendapatan dan labanya pada 2022,” kata Andrew.
Adapun, risiko yang mungkin dihadapi di antaranya inflasi global, kondisi pandemi di China, perang Rusia-Ukraina, dan cadangan migas Uni Eropa dan AS.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.