Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Berburu Cuan Saham Emiten Farmasi SIDO, KLBF & KAEF, Simak Prospeknya

Henan Putihrai Sekuritas merekomendasikan beli KLBF dengan target harga atau target price (TP) pada Rp2.300.
Sebuah iklan Tolak Angin produksi PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) terpampang di sebuah warung pinggir jalan di Jakarta, Minggu (16/2/2014). Bloomberg/Dimas Ardian
Sebuah iklan Tolak Angin produksi PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) terpampang di sebuah warung pinggir jalan di Jakarta, Minggu (16/2/2014). Bloomberg/Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten farmasi dinilai cukup menarik setelah normalisasi harga pasca Covid-19. Secara industri, farmasi tengah berburu sumber bahan baku obat yang berasal dari dalam negeri di tengah ketidakpastian global.

Analis Henan Putihrai Ezaridho Ibutama dan Robertus Hardy berpandangan industri farmasi Indonesia semakin berkembang tangguh dalam resesi global yang akan datang karena telah menyesuaikan diri dengan kenaikan biaya produksi pada paruh pertama tahun ini akibat inflasi yang tak terkendali.

Perusahaan farmasi memilih untuk meneruskan kenaikan biaya produksi dengan menaikkan harga masing-masing perusahaan produk. PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) dan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) menaikkan harga produk tertentu masing-masing sebesar 5 persen dan 3-8 persen guna mengurangi dampak inflasi meskipun kepercayaan konsumen melemah pada awal tahun.

"Kami telah mengamati bahwa biaya bahan mentah menurun dari tahun ke tahun sebagian besar perusahaan farmasi selain KLBF pada kuartal III/2022. Hanya KLBF yang menunjukkan tren naik kontribusi biaya bahan baku terhadap total biaya penjualan barang dari 38 persen di kuartal I/2022 menjadi 78 persen di kuartal II/2022 karena bahan baku China berkontribusi lebih dari 60 persen untuk produk generik KLBF," terangnya dalam riset yang dikutip Senin (28/11/2022).

Perusahaan farmasi lainnya, terutama KAEF dan SIDO, sudah memproses bahan baku secara lokal atau secara mandiri. Namun, observasi lain menunjukkan tingkat kontribusi bahan baku lokal terhadap total persediaan masih rendah di bawah 30 persen, hanya SIDO yang mencatatkan kontribusi lokal terhadap total persediaan sekitar 65 persen.

"Mengingat penggerak pendapatan utama SIDO adalah dari segmen jamu yang tumbuh di Indonesia, SIDO memiliki eksposur risiko pasokan global yang lebih sedikit dibandingkan dengan rekan-rekan sektor farmasi," terangnya.

Untuk memerangi ketidakpastian ekonomi seperti krisis rantai pasokan global dan resesi, perusahaan farmasi berfokus pada bahan baku yang bersumber secara lokal.

KLBF membangun pusat perdagangan di China untuk mengamankan bahan baku impornya setelah lockdown Covid-19 selama dua bulan di negara. KLBF juga melebarkan segmen produknya ke herbal seperti 'Fatigon Promuno' dan 'Health and Happiness (H2) Cordyceps Militaris'.

Sementara itu, KAEF sudah memproses 12 bahan baku medis secara lokal dan berjanji akan memproses total 28 bahan baku obat pada 2024. Dari 5 bahan baku medis teratas importir, China adalah yang terbesar dengan US$2,33 miliar memberikan kontribusi 72 persen diikuti oleh Amerika Serikat (13 persen), Belgia (7 persen), Spanyol (6 persen), dan Belanda (2 persen).

Meskipun 90 persen bahan baku obat masih diimpor, Kementerian Kesehatan menargetkan dapat memasok 50 persen bahan baku obat secara lokal biofarmasi, vaksin, Bahan Kimia Aktif Farmasi (API), dan herbal alami.

Oleh karena itu, Henan Putihrai menginisiasi peringkat overweight industri farmasi Indonesia karena fokus industri pada sumber mentah bahan lokal menghambat risiko lebih lanjut dari impor internasional pasar menuju resesi global tahun depan.

"Selain sebagai sektor defensif, kami juga mengunggulkan industri farmasi berikut ini pembayaran dividen yang konsisten setiap tahun," tuturnya.

Selain SOHO dan KAEF, KLBF dan SIDO memiliki frekuensi dividen tahunan dan dividen interim, masing-masing. Pada tahun 2022, SOHO membagikan dividen tertinggi Rp118 disusul KLBF (Rp35), SIDO (Rp22,7), dan KAEF (Rp16,33).

Di sisi lain, KAEF sedang merencanakan rights issue dengan nilai target Rp4,5 triliun, seperti diungkap Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Kimia Farma Lina Sari.

Dengan target dana mencapai Rp4,5 triliun, perkiraan harga per saham yang diterbitkan dengan hak adalah Rp1.619 yang 39 persen lebih tinggi dari saat ini harga jual Rp1.165.

Meski sempat menunda rencana rights issue perdananya untuk mendistribusikan 2,78 miliar saham seri B melalui obligasi konversi pada Agustus-2021 karena pandemi, KAEF kembali menggelar RUPSLB pada Oktober 2022 untuk kembali menginisiasi rencananya melalui Penawaran Umum Terbatas I (PUT I).

Salah satu calon investor strategis untuk obligasi konversi termasuk Sovereign Wealth Fund (SWF) Investasi China dan Indonesia Otoritas (INA).

Henan Putihrai Sekuritas merekomendasikan beli KLBF dengan target harga atau target price (TP) pada Rp2.300 yang menunjukkan 28,4 kali dari proyeksi P/E rasio 2022. Sementara itu, SIDO direkomendasikan beli dengan TP Rp850 yang mengimplikasikan 24,4 kali dari P/E rasio proyeksi 2022.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper