Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laba Mitratel (MTEL) Melesat, Simak Prospek Anak Usaha Telkom Ini

Anak usaha Telkom, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel mencetak laba hingga Rp1,2 triliun.
Direktur Utama PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel Theodorus Ardi Hartoko dalam paparan publik Mitratel secara daring, Jumat (22/4/2022).
Direktur Utama PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel Theodorus Ardi Hartoko dalam paparan publik Mitratel secara daring, Jumat (22/4/2022).

Bisnis.com, JAKARTA – Anak usaha Telkom, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel meningkatkan pendapatan melesat 11,5 secara tahunan menjadi Rp5,6 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp5,02 triliun.

Lonjakan pendapatan itu mendorong laba bersih Mitratel 18,1 persen menjadi Rp1,22 triliun dibandingkan sebelumnya Rp1,03 triliun.

Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko atau Teddy menyatakan pertumbuhan perusahaan yang konsisten berhasil mencatatkan EBITDA (earning before interest, taxes, depreciation) meningkat menjadi 15,7 persen. “EBITDA diharapkan semakin meningkat seiring peningkatan kolokasi, terutama karena luasnya coverage tower di luar Jawa,” ungkap Teddy dalam keterangan resmi Kamis, (24/11/2022).

Menurut Teddy pertumbuhan bisnis Mitratel pada periode kuartal I sampai III 2022 tercatat terus konsisten lebih besar dari pertumbuhan industri. Hal inilah yang menjadikan profitabilitas Mitratel naik lebih signifikan dibandingkan tahun lalu.

“Mitratel telah menyiapkan insfrastruktur telekomunikasi, baik itu menara, konektivitas fiber dan satelit dan power to tower yang tersebar di seluruh Indonesia untuk memberikan solusi yang terlengkap dan terintegrasi untuk seluruh operator telekomunikasi,” ungkap Teddy di Jakarta, Rabu (23/11/2022).

Menurut Teddy, secara global tren bisnis menara telekomunikasi bergeser dari Towerco menjadi Digital Infraco di masa depan, untuk menyediakan layanan seluler dan menumbuhkan ekosistem digital.

Sebagai informasi, tenancy ratio MTEL 1,44 kali dengan 58 persen tower di luar Jawa menjadi ruang pertumbuhan dengan perluasan layanan operator seluler ke seluruh Indonesia.

Hingga kuartal III 2022, Mitratel tercatat total memiliki 35.051 tower telekomunikasi, setelah perseroan mengakuisisi 6.000 tower milik PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) beberapa waktu lalu.

Mitratel, lanjut Teddy, memiliki leverage rendah dan tanpa eksposur terhadap risiko nilai tukar mata uang asing. Perseroan cukup tangguh terhadap eksposur makro ekonomi dengan catatan net-debt to EBITDA 1,7 kali tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) 100 persen dan seluruh utang dalam mata uang rupiah.

Teddy menjelaskan MTEL telah meraih peringkat investment grade yang sangat baik dari PEFINDO yaitu peringkat IdAAA dengan outlook stabil.

Sementara itu Senior Investment Information PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji memproyeksikan kinerja Mitratel akan terus bertumbuh.

"MTEL masih mengalami bearish consolidation dalam jangka pendek. MTEL memiliki support pada Rp 680 per lembar saham dan resistance pada Rp 740. Ini analisa teknikal. Bullish consolidation mulai berlaku jika MTEL konsisten bertahan di atas Rp 705. Saat ini di Rp 710," ujar Nafan.

Meski begitu, Nafan meyakini tren Mitratel akan terus meningkat hingga akhir tahun. Hal ini tak lepas dari sejumlah ekspansi bisnis Mitratel dalam sektor menara. Ia menyebut peningkatan kinerja Mitratel juga ditopang dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang impresif dengan fundamental makro ekonomi domestik yang relatif solid.

"Hal ini bisa menjadi katalis terhadap peningkatan kinerja fundamental top line maupun bottom line dari Mitratel," lanjutnya.

Nafan mengatakan pertumbuhan ekonomi yang positif mendorong peningkatan kebutuhan layanan konektivitas internet. Tak hanya itu, lanjut Nafan, aksi Mitratel dalam mendukung pengembangan fiber optik juga akan kian meningkatkan kinerja perusahaan di masa mendatang.

"Permintaan konektivitas ke depan pasti mengalami peningkatan dengan pengembangan teknologi yang makin cepat, walaupun kinerja fundamental masih bertolak belakang dengan kinerja harga saham tapi secara teknikal lebih baik kalau konsisten di atas Rp 750," kata Nafan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper