Bisnis.com, JAKARTA - Emiten BUMN PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) mendapatkan rekomendasi netral di tengah pertumbuhan kinerja dan selesainya proses rights issue perseroan.
Equity Research Analyst Ciptadana Sekuritas Arief Budiman memberikan pandangan netral hingga positif terhadap rights issue ADHI yang menargetkan penerbitan hingga 7 miliar saham baru.
"Kami netral hingga positif terhadap proposal rights issue ini karena dampak positif pada visibilitas proyek yang lebih baik mungkin sebagian sebanding dengan potensi efek dilusi 66 persen, DER akan menurun dari saat ini 2,0x menjadi sekitar 1,2x beban bunga memakan 78 persen dari laba operasi," jelasnya dalam riset, Kamis (10/11/2022).
Ciptadana mengkhawatirkan bagian terbesar dari laba usaha digunakan untuk menutupi beban bunga, membuat ADHI hanya memiliki laba bersih yang sangat kecil.
ADHI memiliki struktur modal leverage yang tinggi dengan rasio utang terhadap ekuitas mencapai 2,0x pada akhir Juni 2022. Hal ini akan membatasi kemampuan perusahaan mendapatkan pinjaman tambahan guna membiayai pelaksanaan proyek baru.
"Kami pikir ADHI akan menghadapi risiko pendapatan karena kebutuhan menutupi beban bunga yang tinggi dan modal kerja yang ketat menghambat kemajuan proyek yang lebih cepat," tuturnya.
Baca Juga
Sementara itu, Equity Research Analyst Samuel Sekuritas Abraham Gosal menerangkan pertumbuhan kontrak baru yang relatif kuat membuat sektor konstruksi lebih baik dengan target tumbuh 37 persen pada 2022 dan 23 persen pada 2023.
Hal ini terutama didorong oleh proyek ibu kota baru (IKN) dan penambahan anggaran infrastruktur dalam APBN 2023.
"Selain proyek IKN, pemerintah juga akan fokus pada pembangunan infrastruktur, yang tercermin dari keputusannya untuk meningkatkan anggaran infrastruktur dalam APBN 2023 menjadi Rp392 triliun tumbuh 7,75 persen," jelasnya.
Samuel memproyeksikan ADHI tumbuh 80 persen dan menjadi perusahaan dengan pendapatan terbesar dalam hal pertumbuhan kontrak baru pada 2022.
Samuel memproyeksikan sektor ini mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 19 persen selama 2022 dan 22 persen pada 2023, berkat pemulihan ekonomi dan proyek strategis nasional (PSN).
Sementara itu, naiknya harga bahan baku bakal memengaruhi margin yang menyumbang sekitar 30 persen dari biaya pendapatan perusahaan konstruksi, tentu akan memengaruhi margin laba kotor (GPM).
Menurut perkiraan Ciptadana, ADHI akan menjadi perusahaan konstruksi dengan gearing ratio terendah sekitar 1 kali, diikuti oleh PTPP kurang lebih 1,4 kali, WIKA kurang lebih 1,7 kali, dan WSKT kurang lebih 3,3 kali. Meskipun, dampak kenaikan suku bunga BI7DRR terhadap sektor tersebut masih harus dilihat.
"Kami memberikan peringkat underweight untuk sektor konstruksi; meskipun kami mengharapkan sektor untuk mencatat kontrak baru dan pertumbuhan pendapatan di 2023 dan 2024, investor perlu mempertimbangkan dampak kenaikan harga bahan baku dan kenaikan tarif," terangnya.
Samuel Sekuritas memiliki rekomendasi beli terhadap ADHI dengan target harga 960 karena memiliki neraca yang lebih baik daripada perusahaan konstruksi lain. Ciptadana Sekuritas mempertahankan peringkat hold dan target price sebesar 860 per saham pada ADHI.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.