Bisnis.com, JAKARTA — Salah satu gudang penyimpanan emiten rokok PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) mengalami kebakaran pada Senin (7/11/2022) malam. Manajemen memastikan peristiwa tersebut tidak memengaruhi aktivitas produksi rokok perusahaan.
“Kebakaran yang terjadi pada Senin malam 7 November 2022 tidak menimbulkan dampak apapun terhadap kegiatan operasional pabrik, karena lokasi tersebut adalah area penyimpanan barang penunjang yang tidak berkaitan dengan kegiatan produksi,” tulis manajemen dalam siaran pers, Selasa (8/11/2022).
Gudang Garam memastikan bahwa kebakaran tersebut telah berhasil dipadamkan oleh Unit Pemadam Kebakaran Gudang Garam, dibantu oleh jajaran PMK Pemkot Kediri dan Polres Kediri Kota.
“Dipastikan tidak ada korban jiwa dan luka dari peristiwa tersebut,” tutup manajemen.
Bisnis rokok merupakan sumber utama pundi-pundi pemasukan Gudang Garam, meski perusahaan belum lama ini menjajal bisnis infrastruktur lewat pembangunan Bandara Kediri.
Gudang Garam tercatat membukukan pendapatan Rp93,91 triliun per September 2022, naik 2,01 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp92,07 triliun.
Baca Juga
Meski pendapatan naik, laba bersih GGRM turun 63,78 persen secara tahunan menjadi Rp1,49 triliun. Tergerusnya laba bersih tidak lepas dari membengkaknya beban cukai dan pajak yang mencapai Rp74,34 triliun, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp70,17 triliun.
Sepanjang 2021, setoran cukai, pajak pertambahan nilai (PPN), dan pajak rokok GGRM ke negara mencapai Rp91,09 triliun. Jumlah tersebut meningkat 15,81 persen dibandingkan dengan setoran pada 2020 sebesar Rp78,66 triliun.
Pembayaran cukai rokok Gudang Garam ke negara pada 2023 diperkirakan bisa kembali meningkat, mengingat Menteri Keuangan Sri Mulyani telah mengumumkan bahwa kenaikan cukai hasil tembakau (CHT) untuk tahun depan rata-rata sebesar 10 persen.
Menghadapi tantangan kenaikan cukai ini, perusahaan yang didirikan keluarga Wonowidjojo itu menyebutkan kenaikan cukai tidak akan langsung diteruskan ke konsumen. Dalam paparan publik September 2022, manajemen mengatakan mempertimbangkan kondisi daya beli konsumen di tengah pandemi.
“Masih ada produsen rokok di kelas yang lebih kecil dari Gudang Garam, Djarum atau Sampoerna, dengan beban cukai yang lebih rendah sehingga mereka dapat menjual rokok lebih murah. Dalam hal ini, Gudang Garam berupaya menjaga untuk tidak menjadi produsen rokok termahal,” kata manajemen Gudang Garam saat itu.
Kebijakan kenaikan harga yang semata-mata dilakukan untuk menaikkan profitabilitas, lanjut manajemen, akan menempatkan produk Gudang Garam dalam jajaran rokok yang mahal. Harga yang lebih tinggi tersebut juga berisiko membuat konsumen beralih ke merek lain dengan harga lebih murah.
“Kami terus berupaya untuk mencari keseimbangan, di satu sisi menaikkan harga jual agar profitabilitas dapat tetap dipertahankan atau tidak turun terus, namun di sisi lain akan dapat kehilangan volume penjualan kepada pesaing yang di suatu saat nanti harus direbut kembali dengan biaya yang tidak sedikit," jelas manajemen.