Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cuan Investasi Bukalapak Susut, Tetapi Dompetnya Tebal Jelang Resesi

Cuan investasi Bukalapak (BUKA) di Allo Bank cenderung turun dibandingkan dengan capaian semester I/2022.
Warga menggunakan aplikasi Bukalapak di Jakarta, Selasa (18/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Warga menggunakan aplikasi Bukalapak di Jakarta, Selasa (18/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Cuan nvestasi Bukalapak (BUKA) di PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) cenderung turun dibandingkan dengan capaian semester I/2022. Meski demikian, perseroan masih memiliki kas yang tebal hadapi resesi.

Pendapatan Bukalapak pada kuartal III/2022 dilaporkan tumbuh sebesar 86 persen year on year (yoy) menjadi Rp898 miliar. Pendapatan selama Juli—September 2022 ini mengantarkan pendapatan selama periode sembilan bulan 2022 tumbuh 92 persen yoy menjadi Rp2,58 triliun.

Pendapatan mitra di kuartal III/2022 tumbuh 131 persen menjadi Rp477 miliar, sedangkan pendapatan mitra selama Januari—September meningkat 191 persen yoy menjadi Rp1,44 triliun. Kontribusi Mitra Bukalapak terhadap pendapatan BUKA menunjukkan peningkatan dari 43 persen pada kuartal III/2021 menjadi 53 persen pada kuartal III/2022.

Naiknya pendapatan mitra tidak lepas dari pertumbuhan Total Processing Value (TPV) yang berlanjut. Selama kuartal III/2022, TPV tumbuh 32 persen yoy menjadi Rp41,3 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sebanyak 74 persen TPV berasal dari luar daerah tier I.

Adapun TPV mitra pada periode ini bertambah sebesar 23 persen menjadi Rp19,7 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada Januari—September 2022, TPV tumbuh sebesar 37 persen menjadi Rp 54,7 triliun.

“Pertumbuhan mitra ini didukung oleh berkembangnya variasi produk dan jasa yang ditawarkan oleh Bukalapak kepada para mitra,” tulis manajemen dalam siaran pers, Jumat (4/11/2022).

Pada akhir September 2022, jumlah Mitra yang telah terdaftar mencapai 15,2 juta, meningkat dari 11,8 juta pada akhir Desember 2021.

Manajemen BUKA menyebutkan bahwa selama kuartal III/2022 perusahaan fokus untuk menghasilkan pendapatan dengan biaya yang lebih rendah dan untuk pertama kalinya mencatat margin kontribusi positif.

Rasio beban umum dan administrasi (tidak termasuk kompensasi berbasis saham) terhadap TPV menjadi 1,0 persen dibandingkan dengan 1,2 persen pada periode yang sama di tahun sebelumnya.

Sementara itu, margin kontribusi Bukalapak, yang dihitung sebagai laba kotor dikurangi beban penjualan dan pemasaran terhadap TPV, menunjukkan peningkatan dari -0,1 persen pada kuartal III/2021 menjadi 0,1 persen terhadap TPV di kuartal III/2022.

“Manajemen perseroan berhasil membukukan margin kontribusi positif pada pertama kalinya di kuartal ini,” tulis BUKA.

Sementara itu, Presiden sekaligus Sekretaris Perusahaan Bukalapak Teddy Oetomo mengatakan terkait suku bunga, dengan posisi kas BUKA yang cukup besar dia menyebut kenaikan suku bunga berdampak positif ke BUKA.

"Kenaikan suku bunga berimbas langsung secara positif ke perusahaan karena kami mendapatkan bunga deposito yang cukup tinggi," ujar Teddy, Jumat (4/11/2022).

BUKA menyebut per akhir September 2022 memiliki posisi kas, termasuk dengan investasi lancar seperti obligasi pemerintah dan reksadana sebesar Rp20,2 triliun pada akhir bulan September 2022, yang jumlahnya lebih dari 15 kali adjusted EBITDA pada kuartal III/2022 yang disetahunkan. 

Menurut Teddy, kas perusahaan senilai Rp20,2 triliun ini cukup untuk membiayai operasional perusahaan hingga 25 tahun.

Berdasarkan laporan keuangan per kuartal III/2022, BUKA menyimpan sejumlah kas dan setara kas dengan total senilai Rp17,03 triliun dalam bentuk kas di bank, dan deposito berjangka. Jumlah kas dan setara kas ini tercatat turun dibandingkan akhir Desember tahun lalu yang sebesar Rp24,7 triliun.

Sementara untuk dampak inflasi, BUKA melihat konsumen cenderung melakukan downtrading bagi daerah yang terimbas inflasi energi dan pangan. Artinya, untuk barang yang sama, konsumen cenderung mencari alternatif dari produsen lokal yang lebih murah.

"Kami agak lebih terproteksi atas kenaikan energi dan bahan pangan ini," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper