Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Menguat di Awal Perdagangan, Pasar Pantau Lapkeu Perbankan AS

Indeks Dow Jones menguat 0,8 persen pada pukul 09.42 waktu New York, sedangkan indeks S&P 500 naik 0,6 persen dan Nasdaq Composite menguat 0,5 persen.
Seorang pelaku pasar tengah memantau pergerakan harga saham di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, Amerika Serikat./Bloomberg
Seorang pelaku pasar tengah memantau pergerakan harga saham di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, Amerika Serikat./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat menguat pada awal perdagangan Jumat (14/10/2022) setelah JPMorgan Chase & Co. mengawali rangkaian rilis laporan keuangan bank-bank besar Wall Street.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average menguat 0,8 persen pada pukul 09.42 waktu New York (20.42 WIB), sedangkan indeks S&P 500 naik 0,6 persen dan Nasdaq Composite menguat 0,5 persen.

Bank-bank AS diperkirakan akan membukukan penurunan laba terbesar dibandingkan indeks sektoral S&P 500 lainnya, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg Intelligence.

Hal ini didorong oleh kekhawatiran pengetatan kebijakan Federal Reserve (The Fed) yang memicu default dan memaksa bank untuk menyisihkan dana pencadangan yang lebih tinggi. 

Ahli strategi pasar global Invesco David Chao mengatakan meskipun investor mungkin cenderung mengabaikan data inflasi yang mengecewakan, rasanya sulit untuk tidak mengindahkan data kinerja perusahaan yang lemah.

"Pertumbuhan berada di bawah tren dan melambat karena The Fed masih melakukan pengetatan. Ini adalah latar belakang yang sulit untuk aset berisiko,” jelas David.

Sementara itu, laporan terbaru menunjukkan data penjualan ritel AS mengalami stagnasi pada bulan September, menunjukkan inflasi mulai membatasi pembelian konsumen. Adapun penjualan ritel yang tidak termasuk termasuk bensin tercatat naik 0,1 persen, lebih rendah dibandingkan proyeksi sebesar 0,2 persen.

Adapun minyak mentah melemah menuju penurunan mingguan karena tanda-tanda perlambatan ekonomi global dan kebijakan moneter yang lebih ketat mengancam konsumsi energi.

Badan Energi Internasional sebelumnya memperingatkan pengurangan produksi minyak mentah yang disepakati oleh kelompok OPEC+ berisiko menyebabkan lonjakan harga yang mendorong ekonomi global ke dalam resesi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper